8.2.11

BAB IV. SHALAT - Tata Cara Shalat

3. TATA CARA SHALAT

Rasulullah SAW memerintahkan kaum muslimin untuk melaksanakan shalat sesuai contoh yang diberikan olehnya SAW. Hadits berikut menjelaskan tata cara shalat dengan tuma’ninah sebagaimana yang dilakukan Rasulullah SAW.
وَعَنْ أَبِيْ حُمَيْدٍالسَّاعِدِىِّ أَنَّهُ قَالَ- وَهُوَ فِيْ عَشْرَةٍ مِنْ أَصْحَابِ رَسُوْلِ اللهِ
ص م. أَحَدُهُمْ أَبُوْ قَتَادَةَ ابْنِ رِبْعِىِّ - أَنَاْ أَعْلَمُكُمْ بِصَلاَةِ الرَّسُوْلِ الله ص م. قَالُوْا: مَا كُنْتَ أَقْدَمَ مِنَّا لَهُ صُحْبَةً وَلاَ أَكْثَرَنََالَهُ إِتُـيَانًا. قَالَ: بَلَى قَالُوْا: فَأَعْرِضْ فَقَالَ: كَانَ رَسُوْلُ الله ص م. إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ اِعْتَدَلَ قَائِمًا, وَرَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا مَنْكِبَيْهِ,ثُمَّ كَبَّرَ فَإِذَاَ أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُعَادِيَ بِهِمَا مَنْكِبَيْهِ ثُمَّ قَالَ : اللهُ اَكْبَرُوَرَكَعَ, ثُمَّ اعْتَدَلَ فَلَمْ يُصَوِّبْ رَأْسَهُ وَلَمْ يُقْنِعْ وَوَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَـيْهِ ثُمَّ قَالَ: سَمِعَ الله لِمَنْ حَمِدَهُ وَرَفَعَ يَدَيْهِ وَاعْتَدَلَ حَتَّى يَرْجِعَ كُلُّ عَظْمٍ فِيْ مَوْْضِعِهِ مُعْتَدِلاً. ثُمَّ هَوَا إِلَى اْلأَرْضِ سَاجِدًا ثُمَّ قَالَ : الله أَكْبَرُ, ثُمَّ تَنَّى رِجْلَهُ وَقَعَدَ عَلَيْهَاوَاعْتَدَلَ حَتَّى يَرْجِعَ كُلُّ عَظْمٍ فِيْ مَوْضِعِهِ. ثُمَّ    نَهَضَ.ثُمَّ صَنَعَ فِي الرَّكْعَةِ الثَّانَِيَةِ مِثْلُ ذَالِكَ حَتَّى إِذَا قَامَ مِنَ السَّجْدَتَيْنِ كَبَّرَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا مَنْكِبَيْهِ, كَمَا صَنَعَ حِيْنَ افْـــتَـــتَحَ الصَّلاَةَ. ثُمَّ صَنَعَ كَذَالِكَ حَتَّى إِذَا كَانَتِ الرَّكْعَةُ الَّتِيْ تَنْفَضِي فِيْهَا صَلاَّتُـهُ أَخَّرَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَقَعَدَ عَلَى شِقِّهِ مُتَوَرِّكًا ثُمَّ سَلَّمَ.
 قَالُوْا صَدَقْتَ. هَكَذَا صَلَّى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَمَ .
رواه الخمسة إلا النساءوصححه الترمذي ورواه البخاري مختصرا
64. Dan dari Abu Humaid As Sa’idi, sesungguhnya dia berkata – sedang dia berada dalam sepuluh sahabat-sahabat Nabi SAW, yang salah satu dari mereka itu adalah Abu Qatadah bin Ruba’i - , “Aku adalah yang paling tahu di antara kamu tentang shalatnya Rasulullah SAW, lalu mereka berkata, “Bukanlah engkau lebih dahulu bersahabat dengan Nabi daripada kami, dan tidak pula lebih banyak datang kepada Nabi. Ia menjawab, “Memang betul”. Lalu mereka pun berkata, “Dia berpaling”. Lalu ia berkata, “Adalah Rasulullah SAW apabila berdiri untuk shalat, ia berdiri dengan lurus, dan mengangkat kedua tangannya sehingga berbetulan dengan kedua pundaknya, lalu membaca, “ALLAHU AKBAR”, dan ruku’. Kemudian ia lurus tidak mengangkat kepalanya dan tidak pula menundukkan, dan ia meletakkan kedua tangannya itu pada kedua lututnya, lalu membaca, “SAMIALLAHU LIMAN HAMIDAH” dan ia angkat kedua tangannya dan lurus sehingga setiap tulangnya itu kembali pada tempatnya dengan lurus. Kemudian turun ke tanah untuk sujud, kemudian membaca, “ALLAHU AKBAR”. Kemudian menyilangkan kakinya dan ia duduk di atas kakinya itu dan lurus sehingga setiap tulang kembali pada tempatnya, lalu ia bangkit, kemudian berbuat dalam rakaat kedua seperti itu, sehingga apabila ia berdiri dari sujud (dua rakaat) ia takbir dan mengangkat kedua tangannya sehingga berbetulan dengan dua pundaknya sebagaimana ia berbuat ketika memulai shalat. Kemudian berbuat seperti itu sehingga apabila sudah sampai kepada rakaat akan mengakhiri shalatnya itu, ia belakangkan kakinya yang kiri dan ia duduk diatas pantatnya yang sebelah, kemudian salam. Mereka kemudian berkata, “Benar engkau. Memang begitulah cara Rasulullah SAW shalat”. (HR Ahmad, Abu Daud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Tata cara shalat sebagaimana disebutkan diatas akan diperinci dalam bagian-bagian berikut ini.



3.1. Menghadap Kiblat

Saat berdiri badan menghadap kiblat (Ka’bah). Hal ini berdasar ayat dan hadits berikut.
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاء فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنتُمْ فَوَلُّواْ وُجُوِهَكُمْ شَطْرَهُ وَإِنَّ الَّذِينَ أُوْتُواْ الْكِتَابَ لَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ وَمَا اللّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ
”Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.” (Qs. Al Baqarah 2:144)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – فِيْ حَدِيْثٍ يَأْتِيْ ذِكْرُهُ – قَالَ : النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمََ. فَإِذَا قُمْتَ إِلَى الصَّلاَةِ فَأَسْبِغِ الْوُضُوْئَ ثٌّمَ اسْتَقْبَلِ الْقِبْلَةَ فَكَبِّر. رواه البخاري و مسلم
65. Dari Abu Hurairah RA, telah bersabda Rasulullah SAW, ”Apabila kamu berdiri hendak shalat, maka sempurnakanlah wudhu’, lalu menghadaplah ke kiblat lalu takbirlah”. (H.R. Bukhari dan Muslim)

3.2 Membuat Pembatas (sutrah)
Rasulullah SAW ketika hendak melaksanakan shalat ia membuat pembatas shalat baik dalam posisi sebagai Imam maupun shalat sendirian.

66. Dari Saburah bin Ma’bad al-Juhani, ia berkata , Rasulullah SAW bersabda,
لِيَسْتَــتِر أَحَدُكُمْ فِي الصَّلاَةِ وَلَوْبِسَهْمٍ
”Hendaklah salah seorang di antara kalian membuat pembatas dalam shalat meskipun dengan anak panah”. (H.R. Al Hakim dan Ath Thabrani)
عَنْ أَبِي سَعِيْدٍ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمََ إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيُصَلِّ إِلَى سُتْرَةٍ , وَلْيَدْنُ مِنْهَا. رواه ابوداود وابن ماجه
67. Dari Abi Sa’id AL Khudry, ia berkata, “Telah bersabda Rasulullah SAW, “Apabila salah seorang di antara kamu shalat, maka hendaklah ia shalat dengan menghadap ke sutrah, dan hendaklah mendekat ke sutrah itu”. (H.R. Abu Dawud dan Ibnu Majah)

وَعَنْ أَبِي عُمَرَ, قَالَ : كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمََ, إِذَا خَرَجَ يَوْمَ الْعِيْدِ يَأْمُرُ بِالْحَرْبَةِ فَتُوْضَعُ بَيْنَ يَدَيْهِ, فَيُصَلِّي إِلَيْهَا,وَالنَّاسُ وَرَاءَهُ.وَكَانَ يَفْعَلُ ذَلِكَ فِى السَّفَرِ.متفق عليه
68. Dan Dari Abdullah bin Umar, ia berkata, “Adalah Rasulullah SAW apabila keluar di hari raya, ia menyuruh (khadamnya) untuk membawa tombak lalu diletakkan di depannya, kemudian ia shalat dengan menghadap ke (tombak) tersebut, sedang manusia pada berdiri di belakangnya. Adalah yang demikian itu dikerjakan ketika ia dalam bepergian”. (H.R. Bukhari dan Muslim dan Ahmad)

Selain menggunakan tombak, Rasulullah SAW memperbolehkan hewan tunggangan (H.R. Ahmad dan Bukhari) atau kayu yang terdapat pada ujung pelana kuda (H.R. Ahmad, Muslim dan Ibnu Khuzaimah), atau malah sebuah garis (H.R. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah) sebagai sutrah. Jarak berdiri dengan sutrah adalah tiga hasta (H.R. Ahmad dan Nasai), atau dalam riwayat lain lebih kurang jarak yang cukup untuk dilewati oleh seekor domba (H.R. Ahmad, Bukhari dan Muslim).

3.3. Qiyam (berdiri lurus)
عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ قَالَ :كَانَتْ بِى بَوَاسِيْرُ فَسَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ عَنِ الصَّلاَةِ ؟ فَقَالَ: "صَلِّ قَائِِمًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَقَاعِدًا فَإِنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَعَلَى جَنْبِكَ. رواه  الجماعةالامسلما
69. Dari Imran bin Husain, ia berkata, ”Aku pernah menderita bawasir, lalu aku bertanya keapda Nabi SAW tentang (caranya) shalat”, maka jawabnya, ”Shalatlah engkau dengan berdiri, kalau tidak bisa hendaklah dengan duduk, dan kalau tidak bisa hendaklah dengan berbaring”.
                                                                  (H.R. Bukhari dan Nasai)

Ketika berdiri arah wajah adalah memandang ke tempat sujud.
عَنِ ابْنِ سِيْرِيْنَ قَالَ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ كَانَ يَقْلِبُ بَصَرَهُ فِي
السَّمَاءِ فَنَزَ لَتْ هَذِهِ اْلآيَـــَةُ : وَالَّذِيْنَ هُمْ فِي صَلاَتِهِمْ خَاشِعُوْنَ. فَطَأْطَأَ رَأْسَهُ .رواه أحمدفي كتاب الناسخ والمنسوخ
70. Dari Ibnu Sirin, ia berkata, “ Bahwa Nabi SAW memutar-mutar pandangannya ke langit (keatas) dalam shalat, maka turunlah ayat “alladzinahum fii sholaatihim khaasyi’uuna”, sesudah itu iapun menundukkan kepalanya dalam shalat.” (H.R. Ahmad)

Pada saat berdiri, hati menegaskan niat untuk melakukan shalat, semata karena Allah SWT. Hadits tentang pentingnya niat ini telah disampaikan sebelumnya dalam bagian tentang niat berwudhu’.

3.4. Takbir

Rasulullah SAW memulai shalat dengan mengangkat kedua tangannya kemudian mengucapkan kata “ALLAHU AKBAR”. Cara mengangkat tangan adalah meluruskan dan merapatkan jari-jari dan tidak merenggangkannya atau tidak menggenggamnya. Cara mengangkat tangan bisa sejajar dengan bahu atau sejajar dengan telinga.
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: كَانَ النَّبِبُّي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى تَكًُوْنَا بِحَذْْوِ مَنْكِبَيْهِ, ثُمَّ يُكَبِّرُ فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ رَفَعَهُمَا مِثْلَ ذَالِكَ, وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكْوْعِ رَفَعَهُمَا كَذَالِكَ أَيْضًا. وَقَالَ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ,رَبَّنَاوَلَكَ الْحَمْدُ.رواه البخاري ومسلم
71. Dari Ibnu Umar RA, ia  berkata, “Adalah Rasulullah SAW apabila berdiri untuk shalat, ia mengangkat kedua tangannya hingga berbetulan dengan kedua pundaknya, lalu beliau bertakbir. Dan apabila beliau hendak ruku’ beliau angkatnya seperti itu pula, dan apabila mengangkat kepalanya dari ruku’, beliau angkatnya seperti itu juga, dan beliau membaca, ”SAMI’ALLAU LIMAN HAMIDAH, RABBANA WALAKAL HAMDU”.   (H.R. Ahmad, Bukhari dan Muslim)

وَفِي رِوَايَةٍ .أَنَّ رَسُوْلَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ كَانَ إِذَا كَبَّرَ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا أُذُنَيْهِ, وَإِذَا رَكَعَ رَفَعَ يَدَيْهِ حَتَّى يُحَاذِيَ بِهِمَا أُذُنَيْهِ,
 وَإِذَارَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوْعِ فَقَالَ : سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ, فَعَلَ مِثْلَ ذلِكَ.
رواه احمدومسلم
72. Dan dalam satu riwayat, Sesungguhnya Rasulullah SAW apabila bertakbir, ia mengangkat kedua tangannya hingga berbetulan dengan kedua telinganya, dan apabila ruku’ ia mengangkat kedua tangannya hingga berbetulan dengan kedua telinganya, dan apabila mengangkat kepalanya dari ruku’, ia membaca ”SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH”. (H.R. Ahmad dan Muslim)

Takbir dilakukan pada tiap-tiap gerakan shalat, mulai dari berdiri, turun, bangun, dan duduk. Mulai dari takbir pertama saat hendak shalat, ketika akan ruku’ dan bangun dari ruku’, serta ketika bangkit dari raka’at yang kedua ke raka’at yang ketiga.
عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ: رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ, يُكَبِّرُ فِي كُلِّ رَفْعٍ وَخَفْضٍ وَقِيَامٍ وَقُعُوْدٍ . رواه احمدوالنسائى والترمذي

73.  Dari Ibnu Masud, ia berkata, “Aku pernah melihat Rasulullah SAW takbir pada tiap-tiap bangun, turun, berdiri dan duduk”. (H.R. Ahmad, Nasai dan Tirmidzi)
وَعَنْ عِكْرِمَةَ قَالَ : قُلْتُ لاِبْنِ عَبَّاسٍ : صَلَّيْتُ الظُّهْرَ بِالْبَطْحَاءِ خَلْفَ شَيْخٍ اَحْمَقَ, فَكَبَّرَ ثِنْتَيْنِ وَعِشْرِيْنَ تَكْبِرَةً يُكَبِّرُ إِذَا سَجَدَ, وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ .
 فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ : تِلْكَ صَلاَةُ أَبِي الْقَاسِمِ . رواه احمدوالبخاري
74. Dan dari Ikrimah, ia berkata, “Aku pernah berkata kepada Ibnu Abbas, bahwa aku pernah shalat dzuhur di Bat-ha’ di belakang seorang tua yang bodoh. Ia takbir 22 kali, ketika sujud dan ketika mengangkat kepalanya. Lalu Ibnu Abbas berkata, “Itu adalah shalatnya Abil Qasim SAW”.
(H.R. Ahmad dan Bukhari)

3.5. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri

Setelah takbir, tangan kanan diletakkan di atas tangan kiri.
عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ أَنَّهُ رَأَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ رَفَعَ يَدَيْهِ حِيْنَ دَخَلَ فِي الصَّلاَةِ وَكَبَّرَ. ثُمَّ الْتَحَفَ بِثَوْبِهِ. ثُمَّ وَضَعَ الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى.فَلَمَّاأَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ أَخْرَجَ يَدَيْهِ , ثُمَّ رَفَعَهُمَا وَكَبَّرَ,َفََرَْكَعَ فَلَمَّاقَالَ : سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ, رَفَعَ يَدَيْهِ, فَلَمَّاسَجَدَ,سَجَدَ بَيْنَ كَفَّيْهِ . رواه احمدومسلم
75. Dari Wail bin Hujr, sesungguhnya dia pernah melihat Nabi SAW mengangkat kedua tangannya ketika ia masuk dalam shalat dan takbir, kemudian ia menyelimutkan pakaiannya, lalu meletakkan tangan kanannya di atas tangan kiri. Maka ketika hendak ruku’, ia mengeluarkan kedua tangannya, kemudian mengangkatnya dan takbir, lalu ruku’. Dan ketika membaca “SAMIALLAHU LIMAN HAMIDAH”, ia mengangkat kedua tangannya, dan ketika sujud, ia sujud antara kedua tapak tangannya”. (H.R. Ahmad dan Muslim)

Dan diriwayatkan bahwa,
عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍقَالَ : صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ, فَوَضَعَ يَدَهُ
 الْيُمْنَى عَلَى يَدِهِ الْيُسْرَى عَلَى صَدْرِهِ. اخرجه ابن خزيمة
76. Dari Wa’il bin Hujr, ia berkata, “Aku pernah shalat beserta Nabi SAW, ia meletakkan tangan kanannya di atas tangan kirinya di dadanya”. (H.R. Ibnu Khuzaimah)
3.6. Membaca do’a Iftitah
Ketika shalat Rasulullah SAW membuka (iftitah) bacaan dengan bermacam-macam puji-pujian dan do’a-do’a kepada Allah SWT. Bacaan ini dikenal dengan sebutan do’a iftitah yang berarti pembuka.
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ:ِكَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ إِذَا كَبَّرَ فِي الصَّلاَةِ سَكَتَ هُنَـــيَّةَ قَبْلَ اْلقِرَاءَةِ َفَقُلْتُ يَارَسُوْلَ اللهِ بِأَبِيْ أَنْتَ وَأُمِّيْ, أَرَأَيْتَ سُكُوْتَكَ بَيْنَ الْتَّكْبِيْرِ وَالْقِرَاءَةِ مَاتَقُوْلُ: قَالَ: أَقُوْلُ: أَللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِيْ وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ, أَللَهُمَّ نَقِّنِيْ مِنْ خَطَايَايَ كَمَا يُنَقَّ الثَّوْبُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ, اَللَّهُمَّ اغْسِلْنِيْ مِنْ خَطَايَايَ بِِالْمَاءِ وَِالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ .رواه البخاري ومسلم
77. Dari Abu Hurairah RA, ia  berkata, “Sesungguhnya Rasulullah SAW apabila takbir ketika shalat, ia diam sejenak lalu membaca (Al-Fatihah). Ya Rasulullah demi ayahku, engkau dan ibuku, mengapa engkau diam antara takbir dan membaca, apa yang engkau baca ?” Nabi SAW menjawab, ”Aku membaca ALLAHUMMA BA’ID BAINI …, ( Ya Allah jauhkanlah antaraku dan antara dosa-dosaku sebagaimana Engkau telah jauhkan antara timur dan barat. Ya Allah sucikanlah aku dari dosa-dosaku sebagaimana dibersihkan kain putih dari kotoran. Ya Allah bersihkanlah aku dari dosa-dosaku dengan air, es dan dan embun)” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Boleh juga membaca iftitah dengan doa berikut.
وَعَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ إِذَا اسْتَفْتَحَ الصَّلاَةَ
 قَالَ : سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ ، وَتَبَرَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ.رواه ابوداود
78. Dan dari Aisyah RA, ia berkata, “Adalah Nabi SAW apabila membuka shalat, ia membaca, “SUBHANAKA ...” (Maha suci Engkau, Ya Allah, dan dengan nama-Mu aku memuji-Mu, Maha Suci nama-Mu dan Maha Tinggi kebesaran-Mu, tidak ada ilah kecuali Engkau”. (H.R. Abu Dawud)

Juga bisa memaca doa iftitah berikut.
وَعَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ : كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى الله عليه وسلم إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ قَالَ : (وَجَهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ ، إِنَّ صَلاَتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ، لاَ شَرِيْكَ لَهُ ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ : أَللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ ، أَنْتَ رَبِّيْ وَأَنَا عَبْدُكَ ، ظَلَمْتُ نَفْسِيْ وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ ذُنُوْبِيْ جَمِيْعًالاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ ، وَاهْدِنِيْ لِاَحْسَنِ اْلاَخْلاَقِ ، لاَ يَهْدِيْ لِاَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ ، وَاصْرِفْ عَـنِّيْ سَيِّئَهَا لاَ يَصْرِفُ عَنِّيْ سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ ، لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِيْ يَدَيْكَ ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ ، وَأَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ , وَإِذَارَكَعَ قَالَ : اَللّهُمَّ لَكَ رَكَعْتُ , وَبِكَ آمَنْتُ , وِلَكَ أَسْلَمْتُ, خَشَعَ لَكَ سَمْعِي وَبَصَرِي وَمُخِّي وَعَظْمِي وَعَصْبِي , وَإِذَارَفَعَ رَأْسَهُ قَالَ : اَللّهُمَّ رَبَّنَاَلَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَ مِلْءََاْلأَرْضِ وَ مِلْءَ مَا بَيْنَهُمَا, وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْئٍ بَعْدُ, وَإِذَاسَجَدَقَالَ : اَللّهُمَّ لَكَ سَجَدْتُ , وَبِكَ آمَنْتُ , وِلَكَ أَسْلَمْتُ, سَجَدَوَجْهِيْ لِلَّذِيْ خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ,وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ. فَتَبَارَكَ اللهُ اَحْسَنُ الْخَالِقِيْنَ, ثُمَّ يَكُوْنُ مِنْ آخِرِمَ يَقُوْلُ بَيْنَ التَّشَهُّدِوَالتَّسْلِيْمِ, اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ مَاقَدَمْتُ وَمَاأَخَّرْتُ وَمَاأَسْرَرْتُ وَمَااَعْلَنْتُ وَمَاأَسْرَفْتُ وَمَاأَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي وَأَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لاَاِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ, رواه احمد ومسلم والترمذي وصححه
79. Dan dari Ali bin Abi Thalib, ia berkata,  “Bila Rasulullah SAW berdiri hendak melaksanakan shalat ia membaca, “WAJJAHTU............ (Aku hadapkan wajahku kepada Yang telah menciptakan langit dan bumi secara hanif (lurus) dan dengan penuh kepasrahan diri, dan aku sekali-kali bukan dari orang-orang musyrik. Sesungguhnya shalatku dan ibadahku, hidup dan matiku, hanya untuk Allah, Rabb seru sekalian alam. Tiada sekutu bagi-Nya. Demikian itulah yang diperintahkan kepadaku, dan aku termasuk orang-orang muslim. Ya Allah, Engkau adalah Raja (Penguasa), tiada ilah melainkan Engkau semata. Engkau adalah Rabbku sedang aku adalah hamba-Mu. Aku telah menzhalimi diriku sendiri dan aku mengakui dosa-dosaku. Oleh karena itu, ampunilah dosa-dosaku semua, sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa melainkan hanya Engkau. Tunjukkanlah aku jalan menuju akhlaq yang paling baik, tidak ada yang dapat menunjukkan kepada akhlaq yang lebih baik kecuali Engkau. Dan jauhkanlah akhlaq yang terburuk dariku, karena tidak ada yang dapat menghindarkan akhlaq buruk dariku kecuali hanya Engkau. Aku penuhi panggilan-Mu dan aku memohon pertolongan-Mu. Kebaikan seluruhnya hanya ada di tangan-Mu dan keburukan tidak disandarkan kepada-Mu.Aku bergantung kepada-Mu dan kembali kepada-Mu. Maha suci Engkau lagi Maha tinggi, aku mohon ampunan dan bertaubat kepada-Mu”. (H.R. Ahmad, Muslim dan TIrmidzi)

3.7. Membaca Ta’awudz

Setelah membaca doa iftitah dan sebelum membaca surat Al Fatihah disunnahkan membaca ta’awudz atau memohon perlindungan kepada Allah SW yaitu, “A’udzubillahi minasysyaithanirrajiim”.
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
Apabila kamu membaca Al Qur'an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. (Q.S. An-Nahl. 16:98)
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ: كَانَ يَقُوْلُ قَبْلَ الْقِرَائَةِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ .رواه ابن منذر
Bahwasanya Nabi SAW sebelum membaca al-Fatihah biasa membaca audzubillahi minasyyaithonir rojim. (H.R. Ibnu Majah)
عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ أَنَّهُ كَانَ إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ إِسْتَفْتَحَ  ثُمَّ يَقُوْلُ: أَعُوْذُ بِالله السَّمِيْعِ الْعَليِم مِنَ
 الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ .رواه أحمد و الترمذي
80. Dari Abu Sa’id Al-Khudri, dari Nabi SAW, sesungguhnya ia apabila berdiri shalat, ia membaca doa iftitah, lalu membaca, “AUDZUBILLAHI ... (Aku berlindung kepada Allah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari syaitan yang terkutuk, dari godaannya, dari tipuannya dan semburannya). (H.R. Ahmad, dan Tirmidzi)

3.8. Membaca Al Fatihah

Membaca Al Fatihah termasuk hal yang diwajibkan dalam shalat.
عَنْ عُبَادَةَ ابْنِ الصَّامِتِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ:ِأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ قَالَ: لاَ صَلاَةً لِمَنْ لَمْ يَقْرَأْ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ .رواه الجماعة
81. Dari Ubadah bin Ash-Shamit RA, “Sesungguhnya Nabi SAW bersabda, “Tidak ada shalat bagi orang yang tidak membaca surah al-Fatihah.”  (H.R. Bukhari dan Muslim)
Dalam membaca surat al-Fatihah Rasulullah SAW membaca dengan tartil, yaitu memotong ayat demi ayat dan di setiap akhir ayat Rasulullah SAW berhenti sejenak, kemudian membaca ayat berikutnya.
وَعَنْ قَتَادَةَ قَالَ: سُئِلَ أَنَسٌ: كَيْفَ كَانَتْ قِرَاءَةُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ؟ فَقَالَ كَانَتْ مَدًّا , ثُمَّ قَرَأَ بِسْمِ الله الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ, يَمُدُّ بِبِسْمِ الله,
 وَيَمُدُّ بِالرَّحْمَنِ, وَيَمُدُّ بِالرَّحِيْمِ.  رواه البخاري
82. Dan dari Qatadah, ia berkata, Anas RA pernah ditanya,”Bagaimana bacaan Nabi SAW?” Lalu ia menjawab, “Bacaannya panjang, kemudian ia membaca, “BISMILLAH RAHMAANIR RAHIM”, ia panjangkan “BISMILLAH”, ia panjangkan “AR-RAHMAAN” dan ia panjangkan, “AR-RAHIIM”.(H.R. Bukhari)
وَرَوَى ابْنُ جُرَيْجٍ عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مُلَيْكَةَ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ أَنَّهَاسُئِلَتْ عَنْ قِرَاءَةِ رَسُوْلِ الله صَلى الله عليه وسلم فَقَالَتْ : كَانَ يُقَطِّعُ قِرَاءَتَهُ آيَةً آيَةً , بِسْمِ الله الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ , الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ, الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ,
رواه احمد وابوداود
83. Ibnu Juraij meriwayatkan dari Abdullah bin Abi Mulaikah, dari Ummu Salamah, sesungguhnya dia pernah ditanya tentang bacaan Rasulullah SAW, lalu ia berkata, “Ia putus-putuskan ayat demi ayat – seperti -, BISMILLAHIIRAHMANIRRAHIM, ALHAMDULILLAHI RABBIL ALAMIN, ARRAHMAANIRRAHIIM, MAALIKI YAUMIDDIIN” (h.r. Ahmad dan Abu Dawud)

Dalam hadits-hadits diatas disebutkan bahwa Nabi SAW membaca BISMILLAH saat membaca al Fatihah. Namun dalam shalat berjama’ah, Rasulullah SAW  pernah terdengar tidak mengeraskan atau bahkan tidak membaca BISMILLAH sama sekali.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ : صَلَيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلى الله عليه وسلم وَأَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ ، فََلَمْ أَسْمَعْ اَحَدًامِنْهُمْ يَقْرَأُ,ِ بِسْمِ الله الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم.
رواه احمد ومسلم
84. Dari Anas bin Malik, ia berkata, “Aku pernah shalat bersama Nabi SAW, Abu Bakar, Umar dan Utsman, maka aku tidak mendengar seorangpun di antara mereka itu yang membaca’ “BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIIM”.(H.R. Ahmad dan Muslim)
وَفِي لَفْظٍ : صَلَيْتُ خَلْفَ رَسُوْلِ الله صَلى الله عليه وسلم وَخَلْفَ أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانِ ، فكَانُوْا لاَ يَجْهَرُوْنَ بِبِسْمِ الله الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ .
رواه احمد والنسائى
85. Dan dalam satu lafal, “Aku pernah shalat bersama Nabi SAW, Abu Bakar,Umar dan Utsman, semuanya tidak mengeraskan, “BISMILLAHIR RAHMANIR RAHIIM”. (H.R. Ahmad dan Nasai)

3.9. Mengucapakan “AMIN” 

Setelah selesai membaca al-Fatihah maka ucapkanlah “Amiin”.
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ
 قَالَ :إِذا أَمََّنَ اْلاِمَامُ فَأَمِِّنُوْا فَإِنَّ مَنْ وَافَقَ تَأْمِيْنَهُ تَأْمِيْنَ الْمَلاَئِكَةِ غُفِرَ
لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ .واه الجماعة
86. Dari Abu Hurairoh RA, sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda, “Apabila Imam membaca “AMIN”, maka bacalah “AMIN”, karena barang siapa yang amiinnya itu bersamaan dengan amiinnya malaikat,maka akan diampuni dosa-dosanya yang lalu”. (H.R. Bukhari dan Muslim)

3.10. Membaca surat atau ayat al Qur’an

Setelah membaca al-Fatihah Rasulullah SAW membaca surat atau ayat-ayat Al-Qur’an.
عَنْ أَبِي قَتَادَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلى الله عليه وسلم كَانَ يَقْرَأُ فِى الظُّهْرِ فِي
الأُوْلَيَيْنِ بِأُمِّ الْكِتَابِ وَسُوْرَتَيْنِ . وَفِي الرَّكْعَتَيْنِ الأُخْرَيَيْنِ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ , وَيـُُسْمِعُوْنَا الآيََ أَحْيَانًا, وَيُطَوِّلُ فِي الرَّكْعَةِ الأُوْلَى مَالاَيُطِيْلُ فِي الثَّانِيَّةِ. وَهَكَذَا فِي الْعَصْرِ, وَهَكَذَا فِي الصُّبْحِ. متفق عليه
87. Dari Abu Qatadah RA, sesungguhnya Nabi SAW pernah membaca Al Fatihah dan dua surat, dalam shalat dzuhur pada dua rakaat pertama, sedang pada dua rakaat yang akhir (hanya) membaca Al Fatihah. Namun kadang-kadang ia memperdengarkan ayat kepada kami, serta memanjangkan rakaat pertama lebih daripada panjangnya ayat pada rakaat kedua. Begitu juga dalam shalat ashar, dan begitu juga dalam shalat shubuh”. (H.R. Ahmad, Bukhari dan Muslim)

وَعَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ  أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ كَانَ يَقْرَأُ فِى صَلاَةِ الظُّهْرِ  - َفِي الرَّكْعَتَيْنِ الأُوْلَيَيْنِ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ – قَدْرَ ثَلاَثِيْنَ آيَةً. وَفِي الأُخْرَيَيْنِ قَدْرَ قِرَاءَةً خَمْسَ عَشْرَةَ آيَةً – أَوْ قَالَ : نِصْفَ ذلِكَ – وَفِي الْعَصْرِ, َفِي الرَّكْعَتَيْنِ الأُوْلَيَيْنِ - فِي كُلِّ رَكْعَةٍ – قَدْرَ قِرَاءَةِ خَمْسَ عَشَرَةَ آيَةً, وَفِي الأُخْرَيَيْنِ قَدْرَ نِصْفِ ذلِكَ . رواه احمد ومسلم
88. Dan dari Abu Said Al Khudry RA, sesungguhnya Nabi SAW pernah membaca dalam shalat dzuhur – pada dua raklaat pertama, untuk setiap rakaat – kira-kira sebanyak 30 ayat, dan pada dua rakaat terakhir, kira-kira sebanyak 15 ayat – atau ia berkata – separuh dari itu. Dan dalam shalat ashar pada dua rakaat pertama – untuk setiap rakaat – kira-kira sebanyak 15 ayat, dan pada dua rakaat yang akhir kira-kira separuh dari itu”. (H.R. Ahmad dan Muslim)

Pada shalat empat rakaat, Nabi SAW setelah membaca al fatihah tidak membaca surat, namun beliau SAW terkadang menambah bacaan setelah al fatihah pada dua rakaat terakhir dari shalat zhuhur dan ashar. Terdapat cukup banyak hadits-hadits Rasulullah SAW tentang surat-surat atau ayat-ayat yang dibacanya ketika shalat. Hal ini dapat dilihat pada buku-buku yang menjadi referensi pedoman ini sebagaimana akan disebutkan pada akhir pedoman ini.

Rasulullah SAW membaca dengan keras (jahr) pada shalat shubuh, dua rakaat pertama shalat maghrib dan Isya. Kemudian beliau membacanya dengan lirih (sirr) pada shalat dzuhur, Ashar dan rakaat ketiga pada shalat Maghrib dan dua rakaat terakhir shalat Isya. Hal ini diketahui dari gerakan jenggot beliau (H.R. Bukhari dan Abu Dawud), dan juga dari suara yang diperdengarkan oleh Rasulullah SAW kepada mereka (H.R. Bukhari dan Muslim). Rasulullah SAW juga membaca dengan keras pada shalat Jumat, shalat Idul Fithri dan Idul Adha, shalat Istisqa dan shalat Kusuf.

3.11. Ruku’ dan Bacaannya
Setelah selesai membaca qiraah yaitu bacaan dari Al Qur’an maka Rasulullah SAW berhenti sejenak kemudian mengangkat tangan untuk bertakbir lalu ruku’ yaitu membungkukkan punggung ke depan sehingga kepala sejajar dengan punggung, kedua tangan bersandar pada lutut dan jari jemari merenggang diatasnya. Ruku’ termasuk salah satu rukun yang harus dilaksanakan dalam setiap shalat.

Ruku’ dilakukan dengan tuma’ninah (tenang). Perintah melakukan ruku’ dengan tenang ini sangat ditekankan oleh Rasulullah SAW. Praktik tuma’ninah adalah meletakkan seluruh tulang pada sendi-sendinya sampai tenang, di mana “setiap anggota badan mengambil bagiannya”. Sebelum membungkukkan punggung bertakbir terlebih dahulu sebagaimana sudah disebutkan dalam bahasan tentang takbir.



Saat ruku’ posisi punggung adalah lurus dan bersikap tenang.
وَعَنْ عَلِيِّ بْنِ شَيْبَانَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ قَالَ : لاَصَلاَةَ لِمَنْ لَمْ يُقِمْ صُلْبَهُ فِى الرُّكُوْعِ والسُّجُوْدِ . رواه احمدوابن ماجه
89. Dan dari Ali bin Syaiban, sesungguhnya Rasululah SAW telah bersabda, “Tidak ada shalat bagi orang yang tidak meluruskan tulang punggungnya dalam ruku’ dan sujud”. (H.R. Ahmad dan Ibnu Majah)

90. Sabda Rasulullah SAW,
إِذَا رَكَعْتَ فَضَعْ رَاحَتَيْكَ عَلَى رُكْبَتَيْكَ, ثُمَّ فَرِّجْ بَيْنَ أَصَابِعِكَ, ثُمَّ امْكُثْ حَتَّى يَأْخُذَ كُلُّ عُضْوٍ مَأْخَذَهُ
”Jika engkau ruku’, maka letakkanlah kedua telapak tanganmu pada kedua lututmu, kemudian bukalah jari-jemarimu, lalu diamlah, sehingga semua anggota badanmu mengambil posisinya”.(H.R. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban)

Posisi kedua tangan adalah menyentuh lutut dan jari jemarinya membuka.
وَعَنْ أَبِيْ مَسْعُوْدٍ عُقْبَةَ بْنِ عَمْرٍو أَنَّهُ رَكَعَ فَجَافَى يَدَيْهِ وَوَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ, وَفَرَّجَ بَيْنَ اَصَابِعِهِ مِنْ وَرَاءِ رُكْبَتَيْهِ , وَقَالَ : هكَذَا رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي. رواه احمد ابوداود والنسائى
91. Dari Abu Mas’ud, Uqbah bin Amr, sesungguhnya ia ruku’ sambil melepas kedua tangannya, lalu meletakkan kedua tangannya itu pada kedua lututnya, dan ia renggangkan antara jari-jarinya itu dari atas permukaan kedua lututnya itu, dan ia berkata, ”Begitulah aku pernah menyaksikan Rasulullah SAW shalat”. (H.R. Ahmad, Abu Dawud dan Nasai)

Ketika melakukan ruku’ yang dibaca adalah do’a-do’a yang diajarkan Rasulullah SAW. Beberapa doa tersebut diantaranya.
وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ :كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  يُكْثِرُ أَنْ يَقُوْلَ فِى رُكُوْعِهِ وَسُجُوْدِهِ ,سُبْحَانَكَ اَللهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اَللهُمَّ اغْفِرْلِي, يَتَأَوَّلُ الْقُرْآنَ . رواه الجماعة إِلا اترمذى
92. Dan dari Aisyah RA, ia berkata, “Adalah Rasulullah SAW seringkali membaca, “SUBHANAKA ... (Maha suci Engkau ya Allah, rabb kami, dan dengan memuji-Mu ya Allah ampunilah aku) dalam ruku’ dan sujudnya, sebagai menta’wil Al Qur’an”. (H.R. Bukari Muslim)
عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ :صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَانَ يَقُوْلُ فِيْ رُكُوْعِهِ سُبْحَانَ رَبِِّيَ الْعَظِيْمِ,وَ فِيْ سُجُوْدِهِ: "سُبْحَانَ رَبِّيََ اْلأَعْلَى, وَمَامَرَّتْ بِهِ آيَةُ رَحْمَةٍ إِلاَّ وَقَفَ عِنْدَهَايَسْأَلُ , وَلاَ آيَةُ عَذَابٍ إِلاَّ تَعَوَّذَ مِنْهَا. رواه الخمسة وصححه الترمذي
93. Dari Huzaifah RA, ia berkata, “Aku pernah shalat bersama Nabi SAW, maka ia membaca dalam ruku’nya, “SUBHANA RABBIYAL AZHIIM” (Maha suci Rabb-ku Yang Maha Agung), dan dalam sujudnya ia baca “SUBHANA RABBIYAL A’LAA” (Maha suci Rabb-ku Yang Maha Tinggi), dan tidaklah ia baca ayat rahmat, melainkan  ia berhenti (sebentar) pada ayat tersebut untuk berdoa dan tidak pula ayat azab, melainkan ia minta perlindungan daripadanya”. (H.R. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah)
وَعَنْ سَعِيْدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ أَنَسٍ قَالَ : مَاصَلَّيْتُ وَرَاءَ أَحَدٍ بَعْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَشْبَهَ صَلاَةً بِرَسُوْلِ اللهِ مِنْ هَذَا الْفَتَى – يَعْنِي عُمَرَبْنَ عَبْدِ الْعَزِيْزِ – قَالَ : فَحَزَرْنَافِي رُكُوْعِهِ عَشَرَ تَسْبِيْحَاتٍ ,وَفِي سُجُوْدِهِ عَشَرَ تَسْبِيْحَاتٍ, رواه احمدوابوداود والنسائى
94. Dan dari Sa’id bin Jubair, dari Anas, ia berkata, “Aku tidak pernah shalat di belakang salah seorang sesudah Rasulullah SAW, yang shalatnya itu sangat menyerupai shalat Rasulullah SAW, selain seorang anak muda ini – yaitu Umar bin Abdul Azis – ia berkata, “Kami taksir dalam ruku’nya itu (ia membaca) sepuluh kali tasbih dan begitu juga dalam sujudnya sepuluh kali tasbih”. (H.R. Ahmad, Abu Daud dan Nasai)

3.12. ’Itidal dari Ruku’ dan Bacaannya

I’tidal adalah bangkit dari ruku’ atau mengangkat punggung hingga tegak berdiri sempurna. Ketika bangkit dari ruku’ ini Rasulullah SAW mencontohkan mengangkat kedua tangannya seperti mengangkat tangan ketika takbir sambil mengucapkan “SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH”. Setelah tegak berdiri Rasulullah SAW mengucapkan “ RABBANA LAKAL HAMDU”.
عن أبي هريرة رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قال: كَانَ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ  إِذَا قَامَ إِلَى الصَّلاَةِ يُكَبِّرُ حِيْنَ يَقُوْمُ, ثُمَّ يُكَبِّرُ حِيْنَ يَرْكَعُ, ثُمَّ يَقُوْلُ: سَمِعَ الله لِمَنْ حَمِدَهُ حِيْنَ يَرْفَعُ صُلْبَهُ مِنَ الرَّكْعَةِ, ثُمَّ يَقُوْلُ وَهُوَ قَائِمٌ رَبَّنَاوَلَكَ الْحَمْدُ, ثَمَّ يُكَبِّرُ حِيْنَ يَهْوِى سَاجِدًا, ثُمَّ يُكَبِّرُ حِيْنَ يَرْفَعُ رَأْسَهُ ثُمَّ يَفْعَلُ ذَلِكَ فِي الصَّلاَةِ كُلِّهَا وَيُكَبِّرُ حِيْنَ يَقُوْمَ مِنَ الثِّنَيْنِ بَعْدَ الْجُلُوْسِ .متفق عليه
95. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Adalah Rasulullah SAW apabila berdiri shalat, ia bertakbir ketika berdiri itu, kemudian takbir ketika ruku’, kemudian membaca, “SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH” ketika mengangkat tulang punggungnya dari ruku’, kemudian membaca, “RABBANA WALAKAL HAMDU” ketika berdiri, Kemudian takbir ketika ia turun sujud, kemudian takbir ketika mengangkat kepalanya, kemudian ia berbuat yang demikian itu dalam semua shalat, dan ia pun takbir ketika berdiri dari raka’at kedua sesudah duduk (di tahiyat awal)”. 
(H.R. Ahmad Bukhari dan Muslim)

Bacaan ketika i’tidal selain bacaan diatas juga ada hadits berikut.

3.12. ’Itidal dari Ruku’ dan Bacaannya

كُنَّا نُصَلِّي يَوْمَاوَرَاءَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, فَلَمَّارَفَعَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأْسَهُ مِنَ الرّكْعَةِ وَقَالَ : سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ. قَالَ رَجُلٌ وَرَاَهُ : رَبَّنَالَكَ الْحَمْدُ حَمْدًاكَثِيْرًاطَيِّبًامُبَارَكًافِيْهِ, فَلَمَّاانْصَرَفَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :قَالَ: " مَنِ الْمُتَكَلَّمِ آنِفًا؟" قَالَ الرَّجُلُ : أَنَايَا رَسُوْلَ اللهِ,فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَقَدْ رَأَيْتُ بِضْعَةً وَثَلاَثِيْنَ مَلَكًا يَبْتَدِرُوْنَهَاأَيُّهُمْ يَكْتُبُهَاأَوَّلاً,  رواه احمدوالبخارى ومالك وأبوداود.
96 a.” Pada suatu hari kami shalat di belakang Nabi saw. Maka tatkala Rasulullah saw. Mengangkatkan kepalanya dari rukuk, dan membaca ’ Sami’allahu liman hamidah’, tiba-tiba seorang laki-laki di belakangnya membaca ’ Rabbana laka’lhamdu hamdan katsiron thaiyiban mubarakan fih’. ( Ya Tuhan kami, bagi-Mulah puji-pujian yang banyak, pujian yang baik dan diberi berkah). Dan tatkala berpalinglah Rasulullah saw. : tanyanya : ’Siapakah yang berbicara tadi itu’? Jawab laki-laki tadi : ’Saya wahai Rasulullah ’! Maka bersabdalah pula Rasulullah saw.: Sungguh, saya lihat ada lebih dari 30 orang Malaikat yang berlomba-lomba untuk mencatatnya lebih dulu’.” H.R. Ahamad, Bukhori,Malik dan Abu Daud

وَعَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ كَانَ إِذَا رَفَعَ  رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوْعِِ قَالَ:اللَّهُمَّ ُ رَبَّنَاَلَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَمِلْءَ َاْلأَرْضِ وَمِلْءََمَا بَيْنَهُمَا, وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْئٍ بَعْدُ,أَهْلَ الثَّنَاءِوَالْمَجْدِ, لاَمَانِعَ لِمَا اَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِيَ لِمَامَنَعْتَ , وَلاَيَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ. رواه مسلم و النسائى
96. Dan dari Ibnu Abbas RA, sesungguhnya Nabi SAW apabila mengangkat kepalanya dari ruku’, ia membaca, “ALLAHUMMA ... “ (Ya Allah, bagi-Mu segala puji sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh apa yang berada di antara keduanya serta sepenuh apa saja yang Engkau kehendaki dari sesuatu sesudah itu. Engkau adalah Yang berhak menerima pujian dan pengagungan, tidak ada satupun yang dapat menghalangi apa yang telah Engkau berikan, dan tidak satupun yang dapat memberikan sesuatu yang memang telah Engkau halang serta tidak akan berguna kekayaan orang yang kaya di sisi-Mu”. (H.R. Muslim dan Nasai)

I’tidal harus dilakukan dengan tuma’ninah (tenang). Rasulullah SAW sangat menekankan masalah ini dalam beberapa haditsnya.
عن أبي هريرة رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قال:  قَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ لاَ يَنْظُرُ اللهُ إِلَى صَلاَةِ رَجُلٍ لاَيُقِيْمُ صُلْبَهُ بَيْنَ رُكُوْعِهِ وَسُجُوْدِهِ . رواه احمد
97. Dari Abu Hurairoh, ia berkata, “Telah bersabda Rasulullah SAW, “Allah tidak akan melihat shalatnya seorang laki-laki yang tidak meluruskan tulang punggungnya sesudah ruku’ dan sujud”. (H.R. Ahmad)

3.13.  Sujud dan Bacaannya

Sujud adalah merundukkan badan dan meletakkan kepala diatas tempat sujud. Pada saat turun dari i’tidal hendaklah bertakbir terlebih dahulu, kemudian kedua lutut turun mengenai tanah (tempat sujud) dan diikuti oleh kedua tangan dan kening dan hidungnya.
عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ : رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ  إِذَا سَجَدَ وَضَعَ رُكْبَتَيْهِ قَبْلَ يَدَيْهِ وَإِذَا نَهَضَ رَفَعَ يَدَيْهِ قَبَل رُكْبَتَيْهِ .
رواه خمسة إلا الأحمد
98. Dari Wail bin Hujur RA, ia  berkata, “ Aku pernah melihat Rasulullah SAW apabila sujud beliau  meletakkan kedua lututnya sebelum meletakkan kedua tangannya, dan apabila beliau bangkit, ia angkat kedua tangannya sebelum mengangkat kedua lututnya.” (H.R. Abu Daud, Tirmmidzi, Nasai, Ibnu Majah)



Pada saat sujud, ada tujuh bagian tubuh yang mengenai tanah, yaitu
وَعَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : أَمَرََ النَّبِيَّىُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ , أَنْ يَسْجُدَ , عَلَى سَبْعَةِ أَعْضَاءٍوَلاَيَكُفَّ شَعْرًاوَلاَثَوْبًا,الْجَبْحَةِ, وَالْيَدَيْنِ , وَالرُّكْبَتَيْنِ وَالرِّجْلَيْنِ.  رواه البخاري و مسلم
99. Dan dari Ibnu Abbas RA, ia berkata, Nabi SAW memerintahkan supaya (seseorang) sujud dengan tujuh tulang, dan tidak terhalang oleh rambut dan baju, yaitu dahi, dua tangan, dua lutut dan dua kaki”. (H.R. Bukhari dan Muslim)

Pada saat bersujud, tangan membuka seperti bersayap dan kedua tangan itu tidak merebahkan posisinya seperti anjing yang sedang istirahat.
وَعَنْ عَبْدِ اللهِ ابْنِ بُحَيْنَةَ قَالَ : كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ إِذَا سَجَدَ يُجَنِّحُ فِي سُجُوْدِهِ , حَتَّى يُرَى وَضْحُ إِبْطَيْهِ. متفق عليه
100. Dan dari Abdullah bin Buhainah, ia berkata, ”Adalah Rasulullah SAW apabila sujud (seperti) bersayap dalam sujudnya itu sehingga nampak putihnya kedua ketiaknya”. (H.R. Ahmad, Bukhari dan Muslim)
وَعَنْ أَنَسٍ أَنَّ النَّبِيَّىَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ قَالَ : اِعْتَدِلُوْا فِى السُّجُوْدِ وَ لاَ يَبْسُطُ أَحَدُكُمْ ذِِرَاعَيْهِ اِنْبِسَاطَ الْكَلْبِ. رواه البخارى و مسلم
101. Dan dari Anas RA, dari Nabi SAW, ia bersabda, ”Sujudlah kalian dengan lurus, jangan salah seorang di antara kamu membuka kedua lengannya seperti anjing”. (H.R. Bukhari dan Muslim)

Posisi kedua tangan pada saat sujud adalah merenggang dan tapak tangan sejajar dengan pundak.
وَعَنْ أَبِي حُمَيْدٍ فِي صِفَةِ صَلاَةِ رَسُوْلِ اللهَِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ قَالَ : إِذَا سَجَدَ فَرَّجَ بَيْنَ فَحِذَيْهِ غَيْرَ حَامِلٍ بَطْنَهُ عَلَى شَيْءٍمِنْ فَحِذَيْهِ.
رواه أبوداود
102. Dan dari Abu Humaid, tentang sifat shalatnya Rasulullah SAW, ia berkata, ”Apabila ia (Nabi SAW) sujud, ia renggangkan (kedua tangannya) antara kedua pahanya, sedikitpun perutnya tidak menyentuh kedua pahanya. (H.R. Abu Dawud)
Posisi tapak tangan ketika sujud adalah sejajar dengan bahu.
وَعَنْ أَبِي حُمَيْدٍ أَنَّ النَّبِيَّى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ كَانَ إِذَا سَجَدَ أَمْكَنَ أَنْفَهُ وَجَبْهَتَهُ مِنَ الأَرْضِ, وَ نَـحَّى  يَدَيْهِ عَنْ جَنْبَيْهِ , وَوَضَعَ كَفَّيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ.رواه ابوداودوالترمذي
103. Dan dari Abu Humaid RA, sesungguhnya Nabi SAW apabila sujud, ia tekankan hidung dan dahinya pada tanah dan ia jauhkan kedua tangannya dari pinggangnya, serta meletakkan kedua tapak tangannya (di atas tanah) sejajar dengan kedua pundaknya”. (H.R. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Nasai disebutkan posisi tapak tangan bisa pula sejajar dengan kedua telinga. Rasulullah sAW pada saat sujud merapatkan jari-jari kedua tangannya dan mengarahkannya ke arah Kiblat. Adapun kedua kakinya berdiri tegak dan jari-jari kaki ditekuk menghadap kiblat. Kedua tumit kaki dirapatkan.

Sujud harus dilakukan dengan tenang (tuma’ninah). Rasululah SAW pernah memerintahkan orang yang kurang baik dalam shalatnya untuk bersikap tuma’ninah dalam shalatnya.
ثُمَّ اسْجُدْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ سَاجِدًا
104. ”Kemudian sujudlah sehingga engkau tuma’ninah dalam sujud”. (.H.R. Bukhari dan Muslim)

Ketika melakukan sujud yang dibaca adalah do’a-do’a sebagaimana yang diajarkan Rasulullah SAW. Beberapa do’a tersebut adalah sebagai berikut :
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ :كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  يُكْثِرُ أَنْ يَقُوْلَ فِى رُكُوْعِهِ وَسُجُوْدِهِ ,سُبْحَانَكَ اَللهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اَللهُمَّ اغْفِرْلِي, يَتَأَوَّلُ الْقُرْآنَ . رواه الجماعة إِلا اترمذى
105. Dan dari Aisyah RA, ia berkata, “Adalah Rasulullah SAW seringkali membaca, “SUBHANAKA ... (Maha suci Engkau ya Allah, rabb kami, dan dengan memuji-Mu ya Allah ampunilah aku) dalam ruku’ dan sujudnya, sebagai menta’wil Al Qur’an”. (H.R. Bukari Muslim)
عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ :صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَانَ يَقُوْلُ فِيْ رُكُوْعِهِ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ,وَ فِيْ سُجُوْدِهِ: "سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلأَعْلَى, وَمَامَرَّتْ بِهِ آيَةُ رَحْمَةٍ إِلاَّ وَقَفَ عِنْدَهَايَسْأَلُ , وَلاَ آيَةُ عَذَابٍ إِلاَّ تَعَوَّذَ مِنْهَا. رواه الخمسة وصححه الترمذي
106. Dari Huzaifah RA, ia berkata, “Aku pernah shalat bersama Nabi SAW, maka ia membaca dalam ruku’nya, “SUBHANA RABBIYAL AZHIIM” (Maha suci Rabb-ku Yang Maha Agung), dan dalam sujudnya ia baca “SUBHANA RABBIYAL A’LAA” (Maha suci Rabb-ku Yang Maha Tinggi), dan tidaklah ia baca ayat rahmat, melainkan  ia berhenti (sebentar) pada ayat tersebut untuk berdoa dan tidak pula ayat azab, melainkan ia minta perlindungan daripadanya”. (H.R. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah)

3.14. Duduk Antara Dua Sujud dan Bacaannya

Setelah sujud, kepala diangkat dan kemudian duduk di kaki kiri sementara kaki kanan di tegakkan.
عَنْ أَنَسٍ قَالَ : كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ إِذَا قَالَ : سَمِعَ الله لِمَنْ حَمِدَهُ, قَامَ حَتَّى نَقُوْلَ قَدْ أَوْهَمَ , ثُمَّ يَسْجُدُ وَيَقْعُدُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ حَتَّى نَقُوْلَ قَدْ أَوْهَمَ. رواه مسلم
107. Dari Anas RA, ia berkata, “Adalah Rasulullah SAW apabila membaca, “SAMIALLAHU LIMAN HAMIDAH” ia berdiri, sehingga kami menyangka bahwa ia ragu-ragu, kemudian ia sujud dan duduk antara dua sujud itu, sehingga kami menyangka bahwa ia ragu-ragu”. (H.R Muslim)

Kepada orang yang kurang baik shalatnya Rasulullah SAW bersabda,
ثُمَّ ارْفَعْ حَتَّى تَطْمَئِنَّ جَالِسًا
108. “Kemudian angkatlah (kepalamu) sehingga kamu duduk tuma’ninah” (H.R Bukhari dan Muslim)

Duduk di antara dua sujud adalah dengan cara Iftirasy yaitu melipat kaki kiri lalu duduk di atasnya, telapak kaki kanan ditegakkan sementara jari-jari kaki kanan menghadap ke arah kiblat.

109. Dari Aisyah RA, ia berkata,
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَفْرُشُ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَيَنْصِبُ الْيُمْنَى . رواه البخارى ومسلم
“Bahwa Nabi SAW menghamparkan kaki kirinya dan menegakkan telapak kanannya”. (H.R. Bukhari dan Muslim)

110. Dan dari Ibnu Umar RA, ia berkata,
مِنْ سُنَّةِ الصَّلاَةِ أَنْ يَنْصِبَ الْقَدَمَ الْيُمْنَى واسْتِقْبَالُهُ بِأَصَابِعَهَاالْقِبْلَةَ. وَالْجُلُوْسُ عَلَى الْيُسْرَى. رواه النسائى
Di antara sunnah shalat ialah menegakkan telapak kaki kanan dengan menghadapkan jari-jarinya ke arah kiblat, serta duduk di atas kaki kiri”. (H.R. Nasai dan Abu Dawud)

Ketika duduk di antara dua sujud Rasulullah SAW mengajarkan membaca doa-doa di antaranya sebagai berikut.
وَعَنْ حُذَيْفَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُوْلُ بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ : "رَبِّ اغْفِرْ لِيْ ,رَبِّ اغْفِرْ لِيْ" رواه النسائي و ابن ماجة
111. Dan dari Hudzaifah RA, sesungguhnya Nabi SAW pernah membaca, “RABBIGHFIRLI, RABBIGHFIRLI” (Ya Rabbku ampunilah aku, yaa Rabbku ampunilah aku). (H.R. Nasa’i dan Ibnu Majah)
وَعَنِ ابْنِ عَبََّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ كَانَ يَقُوْلُ - بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ : اَللّهُمَّ اغْفِرْلِي وارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي وَاهْدِنِيْ وَارْزُقْنِي .رواه الترمذى و أبو داود . إِلاَّ أَنَّهُ قَالَ فِيْهِ , مَكَانَ , وَعَافِنِي , مَكَانَ, وَاجْبُرْنِي.
112. Dan dari Ibnu Abbas RA, ia berkata, “Sesungguhnya Nabi SAW pernah membaca, ”ALLAHUMMAGHFIRLII ... (Ya Allah ampunilah aku, dan berilah aku rahmat, trolonglah aku, pimpinlah aku dan berIlah aku rizki)”. antara dua sujud.  (H.R. Turmudzi dan Abu Daud, tetapi Abu Dawud berkata dalam hadits itu WA’AFINI atau maafkanlah aku, sebagai ganti kata WAJBURNII)

Setelah duduk di antara dua sujud, maka kita diperintahkan Rasulullah SAW melakukan sujud yang kedua. Adapun tata cara dan bacaan sujud yang kedua ini tidak berbeda dengan sujud yang pertama.

3.15. Bangkit ke Raka’at yang Kedua

Setelah melakukan sujud yang kedua maka gerakan berikutnya adalah bangkit untuk berdiri melakukan ra’kaat yang kedua. Namun sebelum bangkit disunnahkan untuk duduk tegak terlebih dahulu, ini dinamakan dengan duduk istirahat.
َعَنْ مَالِكِ بْنِ الحُوَيْرِثِ أَنَّهُ رَأَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ يُصَلِى ، فَإِذَّا كَانَ فِى وِتْرٍ مِنْ صَلاَتِهِ لَمْ يَنْهَضْ حَتَّى يَسْتَوِيَ قَاعِدًا .
رواه الجماعة إلا مسلما و ابن ماجه
113. Dan dari Malik bin Al Huwaitits, sesungguhnya ia pernah melihat Nabi SAW shalat, kemudian apabila ia berada dalam rakaat yang ganjil, ia tidak bangkit sehingga duduk dengan sempurna.
(H.R. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah SAW mencontohkan bahwa ketika bangkit untuk ra’kaat kedua dapat bertumpu dengan kedua lututnya, atau bisa pula bertumpu dengan tangannya.
عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ لَمّاََ سَجَدَ وَقَعَتْ رُكْبَتَاهُ إِلَى الاَْرْضِ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ كَفَّاهُ . فَلَمَّاسَجَدَ وَضَعَ جَبْهَتَهُ بَيْنَ كَفَّيْهِ,وَجَافَى عَنْ إِبْطَيْهِ,ِ وَإِذَا نَهَضَ نَهَضَ عَلَى  رُكْبَتَيْهِ وَاعْتَمَدَ عَلَى فَخِذَيْهِ.رواه أبوداود
114. Dari Wail bin Hujr, sesungguhnya Nabi SAW ketika sujud, dua lututnya itu jatuh ke tanah sebelum dua tapak tangannya jatuh, kemudian ketika sujud ia meletakkan dahinya antara kedua telapak tangannya dan menjauhkan (lengannya) dari ketiaknya, dan apabila bangkit (ke rakaat kedua), ia bangkit atas kedua lututnya dan berpegang pada kedua pahanya. (H.R. Abu Dawud)

Diriwayatkan bahwa,
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ يَنََْْهَضُ مُعْتَمِدًا عَلَى الاَْرْضِ إِلَى الرَّكْعَةِ الثَّانِيَّةِ. رواه البخاري
115. “Rasulullah SAW bangkit kepada rakaat kedua sambil bertumpu kepada tanah”. (H.R. Bukhari)

Maksud hadits tersebut adalah bertumpu dengan dua tangannya.

3.16. Memulai Rakaat Kedua

Memulai raka’at kedua adalah sama seperti memulai rakaat pertama, namun perbedaannya adalah tidak berhenti atau diam – yaitu membaca doa iftitah – dan tidak juga membaca ta’awudz. Adapun melakukan rakaat ketiga dan keempat sama dengan rakaat kedua ini.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ:  كَانَ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ, وَإِذَا نَهَضَ فِى   الرَّكْعَةِ الثَّانِيَّةِ,اِفْتَتَحَ الْقِرَاءَةَ بِالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَلَمْ يَسْكُتْ. رواه البخاري ومسلم
116. Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Adalah Rasulullah SAW apabila bangkit ke rakaat kedua, ia memulai dengan membaca, “ALHAMDU LILLAHI RABBIL ‘ALAMIN”, dan tidak berhenti”. (H.R. Bukhari dan Muslim)

Rakaat kedua ini sama seperti rakaat pertama yaitu membaca al fatihah, membaca surat atau ayat al Qur’an, sampai duduk setelah sujud yang kedua

3.17. Tasyahud Awal

Pada akhir raka’at kedua setelah melakukan sujud adalah duduk untuk tasyahud. Tasyahud adalah duduk untuk membaca dzikir, syahadat dan shalawat kepada Nabi SAW. Duduk tasyahud dibagi menjadi duduk tasyahud awal dan tasyahud akhir. Jika raka’at shalatnya berjumlah dua, seperti halnya shalat shubuh, maka pada raka’at kedua langsung duduk tasyahud akhir. Sedangkan pada shalat yang jumlah raka’atnya tiga atau empat, maka pada raka’at kedua duduknya tasyahud awal dan raka’at ketiga atau keempat duduknya tasyahud akhir.

Duduk tasyahud awal adalah duduk sebagaimana duduk di antara dua sujud dengan meletakkan telapak tangan kanan ke atas paha kanan dan telapak tangan kiri ke atas paha kiri. Duduk ini dikenal dengan duduk Iftirasy.
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ كَانَ يَفْرُشُ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَيَنْصِبُ الْيُمْنَى. رواه البخاري ومسلم
117. “Bahwa Nabi SAW menghamparkan kaki kirinya dan menegakkan telapak kanannya”.(H.R. Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits Abu Humaid, ia melukiskan shalat Rasulullah SAW tersebut.
فَإِذَاجَلَسَ فِى الرَّكْعَتَيْنِ جَلَسَ عَلَى رِجْلِهِ الْيُسْرَى وَنَصَبَ الْيُمْنَى, فَإِذَاجَلَسَ فِى الرَّكْعَةِ الأَخِيْرَةِ قَدَّمَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَنَصَبَ الأُخْرَى وَقَعَدَ عَلَى مَقْعَدِتِهِ. رواه البخاري
118. “Maka bila ia duduk pada rakaat kedua, didudukinya kaki yang kiri dan ditegakkannya kaki yang kanan. Kemudian bila ia duduk pada rakaat yang akhir, dimajukannya kakinya yang kiri dan ditegakkannya yang kanan serta ia duduk di atas panggulnya”. (H.R. Bukhari)

Pada saat duduk tasyahud ada tiga macam cara melakukan isyarat dengan jari telunjuk Pertama yaitu mengangkat jari telunjuk yang kanan.
وَعَنْ أَبِي ابْنِ عُمَرَ  قَالَ:  كَانَ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ, إِذَا جَلَسَ فِى الصَّلاَةِ وَضَعَ يَدَيْهِ عَلَى رُكْبَتَيْهِ , وَرَفَعَ اِصْبِعَهُ الْيُمْنَى الَّتِى تَلِى الإِبْهَامَ فَدَعَا بِهَاوَيََدَهُ الْيُسْرَى عَلَى رُكْبَتِهِ, بَاسِطُهَا عَلَيْهَا. رواه احمد مسلم والنسائى
119. Dan dari Ibnu Umar RA, ia berkata, adalah Rasulullah SAW apabila duduk dalam shalat, ia meletakkan kedua tangannya di atas kedua lututnya dan ia mengangkat jarinya yang kanan yang terletak sesudah ibu jari itu (yakni jari telunjuk), maka ia berdoa dengannya. Sedang tangannya yang kiri di atas lututnya yang kiri pula, ia bentangkan jari-jarinya itu di atas lututnya. (H.R. Ahmad, Muslim dan Nasai)

Kedua, melingkarkan ibu jari pada jari tengah, menggenggam jari manis dan kelingking, serta menunjuk dengan jari telunjuk.

عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ أَنَّهُ قَالَ : فِي صِفَةِ صَلاَةِ رَسُوْلِ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ ثُمَّ قَعَدَ فَافْتَرَشَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى ,وَوَضَعَ كَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ وَرُكْبَتِهِ الْيُسْرَى وَجَعَلَ حَدَّ مِرْفَقِهِ الأَيْمَنِ عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى ,ثُمَّ قَيَضَ ثِنْتَيْنِ مَنْ أَصَابِعِهِ وَحَلَّقَ حَلْقَةً ثُمَّ وَرَفَعَ اِصْبِعَهُ , فَرَأَيْتَهُ يُحَرِّكُهَايَدْعُوْبِهَا.
رواه احمد والنسائى وابوداود
120. Dari Wail bin Hujr, sesungguhnya ia berkata – tentang shifat shalatnya Rasulullah SAW – sbb, kemudian ia duduk meletakkan telapak tangannya yang kiri di atas pahanya dan lututnya yang kiri pula, sedang batas sikunya yang kanan di atas pahanya yang kanan, kemudian ia menggenggam dua jari-jarinya dan dibentuknya menjadi satu lingkaran, kemudian ia mengangkat jarinya itu, maka kulihat dia menggerak-gerakkannya dan berdoa dengannya. (H.R. Ahmad, Nasai dan Abu Dawud)

Ketiga, menggenggam semua jari dan berisyarat dengan jari telunjuk.
وَفِي لَفْظٍ : كَانَ إِذَا جَلَسَ فِي الصَّلاَةِ وَضَعَ كَفَّهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُمْنَى وَقَبَضَ أَصَابِعَهُ كُلَّهَا , وَأَشَارَبِإِصْبِعِهِ الّتِى تَلِي الإِْبْهَامَ , وَ وَضَعَ كَفَّهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى . رواه احمدومسلم والنسائى
121. Dan dalam satu lafazh, “Adalah Rasulullah SAW apabila duduk dalam shalat ia meletakkan telapak tangannya yang kanan  di atas pahanya yang kanan, dan menggenggam semua jari-jarinya, lalu ia berisyarat dengan jarinya yang terletak sesudah ibu jari. Dan ia meletakkan telapak tangannya yang kiri di atas pahanya yang kiri. (H.R. Ahmad, Muslim dan Nasai)

Rasulullah SAW mengajarkan bermacam-macam bacaan tasyahud kepada para sahabat, diantaranya hadits berikut ini.
عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ : عَلَّمَنِيْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ التَّشَهُّدَ ، وَكَفِّيَّ بَيْنَ كَفَّيْهِ كَمَا يُعَلَّمُنِي السُّوْرَةَ مِنَ الْقُرْآنِ : اَلتَّحِيَّاتُ ِللهِ وَالصَّلاَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ. اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكاَتُهُ، اَلسَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِاللهِ الصَّالِحِيْنَ أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ . رواه البخارى ومسلم
122. Ibnu Mas’ud RA, ia  berkata, “ Rasulullah SAW telah mengajarkan at-tasyahud kepadaku – dan kedua tapak tanganku (berada) di antara kedua tapak tangan beliau – sebagaimana beliau mengajarkan surat dari Al Qur’an kepadaku, ” ATTAHIYATU LILLAHI …” (Semua ucapan penghormatan, pengagungan dan pujian hanyalah milik Allah. Semoga keselamatan, rahmat dan keberkahan-Nya dicurahkan kepadamu wahai Nabi. Semoga keselamatan dicurahkan kepada kami semua dan para hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tiada ilah kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad SAW adalah hamba dan rasul_nya. (H.R. Bukari  Muslim)
وَعَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعَلِّمُنَا التَّشَهُّدَ, كَمَا يُعَلِّمُنَا السَّوْرَةَ مِنَ الْقُرْآنَ،فَكَانَ يَقُوْلُ ,التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ للهِ, السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ الله وَبَركَاتُهُ, السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ الله الصَّالِحِيْنَ, أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ  .رواه ومسلم وأبو داود
123. Dan dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Rasulullah SAW pernah mengajar kami tasyahud, sebagaimana ia pernah mengajar kami Al Qur’an, maka ia mengatakatan, ““ATTAHIYATUL MUBARAKATUS ... “ (Semua ucapan penghormatan dan keberkahan, juga pengagungan dan pujian hanyalah milik Allah. Semoga keselamatan, rahmat dan keberkahan-Nya dicurahkan kepadamu wahai Nabi. Semoga keselamatan dicurahkankepada kami semua dan para hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tiada ilah kecuali Allah dan (aku bersaksi) bahwa Muhammad SAW adalah rasul-Nya.”
(H.R. Muslim dan Abu Dawud)

Kemudian Rasulullah SAW mengucapkan shalawat atas dirinya sendiri. Bacaan shalawat ini ada beberapa contoh yang diajarkan Rasullah SAW. Diantaranya hadits berikut ini.
وَعَنْ كَعْبِ ابْنِ عُجْرَةَ ،قَالَ : قُلـــْنَا : يَا رَسُوْلَ اللهِ ،قَدْ عَلِمْنَا – عَرَفْنَا- كَيْفَ السَّلاَمُ عَلَيْكَ , فَكَيْفَ الصَّلاَةُ عَلَيْكَ؟ قَالَ :قَالُوْا:  اَللّهُمَّ ًصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ  إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، اللّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.رواه البخارى ومسلم
124. Dan dari Ka’ab bin Ujrah, ia berkata, “Kami pernah bertanya, “Ya Rasulullah kami sudah mengetahui bagaimana salam atas engkau, tetapi bagaimana shalawat atas engkau ?”. Nabi menjawab, ‘ALLAHUMMA SHALLI ....” (Ya Allah limpahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad, dan kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan shalawat kepada (Nabi Ibrahim dan kepada) keluarga Nabi Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung. Dan limpahkanlah keberkahan kepada Nabi Muhammad dan kepada keluarga Nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan keberkahan kepada (Nabi Ibrahim dan kepada) keluarga Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung). (H.R. Bukhari dan Muslim)

Ada pula hadits lain menyebutkan bahwa shalawat kepada Rasulullah adalah,
قَالَ بَشِيْرُبْنُ سَعْدٍ , يَارَسُوْلَ اللهِ ! أَمَرَنَااللهُ أَنْ نُصَلِّيَ عَلَيْكَ فَكَيْفَ نُصَلِّى عَلَيْكَ؟ فَسَكَتَ,ثُمَّ قَالَ : قُوْلُوْا : اللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَاصَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ وَ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍكَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِى الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ, وَالسَّلاَمُ كَمَاعَلِمْتُمْ. رواه مسلم واحمد
125 a. ” Basyir bin Sa’ad bertanya : ‘ Ya Rasulullah ! Allah telah memerintahkan agar kami mengucapkan shalawat pada Anda. Bagaimana caranya kami mengucapkan shalawat itu?. Nabipun diam, lalu sabdanya : ‘Katakanlah : Allahumma shalli’ala Muhammad wa’ala ali Muhammad, kama shallaita ‘ala ali Ibrahim, wabarik ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad, kama barakta ‘ala ali Ibrahim, fil ‘alamina innaka hamidun majid’. ( Ya Allah, berilah kiranya shalawat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana telah Engkau berikan kepada keluarga Ibrahim! Dan beri berkalah kepada Muhammad bersama keluarganya, sebagaimana telah Engkau berikan kepada keluarga Ibrahim, di seluruh penjuru alam.

اَللّهُمَّ ًصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ  إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، اللّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.رواه البخارى
125. “Ya Allah, limpahkan rahmat kepada Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau telah melimpahkan rahmat kepada Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi MahaMulia. Ya Allah, berilah berkah kepada Muhammad dan keluarganya sebagaimana Engkau telah memberi berkah kepada Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. (H.R. Bukhari)

3.18. Berdiri ke rakaat yang ketiga dan keempat

Pada rakaat ketiga (seperti pada shalat Maghrib) atau keempat (seperti pada shalat Isya’) adalah sama dengan rakaat kedua, baik bacaan maupun gerakannya.

126. Sabda Rasulullah SAW,
ثُمَّ افْعَلْ ذَلِكَ فِي صَلاَتِكَ كُلِّهَا. رواه البخارى ومسلم
“Kemudian berbuatlah yang demikian itu dalam semua shalatmu” (H.R. Bukhari dan Muslim)


3.19. Tasyahud Akhir

Dan pada akhir rakaat, Rasulullah SAW duduk tasyahud akhir. Sikap duduk tasyahud akhir ini adalah sebagaimana diriwayatkan dalam hadits Abu Humaid As-Sa’idi berikut ini.
فَإِذَاجَلَسَ فِى الرَّكْعَتَيْنِ جَلَسَ عَلَى رِجْلِهِ الْيُسْرَى وَنَصَبَ الْيُمْنَى, فَإِذَاجَلَسَ فِى الرَّكْعَةِ الأَخِيْرَةِ قَدَّمَ رِجْلَهُ الْيُسْرَى وَنَصَبَ الأُخْرَى وَقَعَدَ عَلَى مَقْعَدِتِهِ. رواه البخاري
127. “Maka bila ia duduk pada rakaat kedua, didudukinya kaki yang kiri dan ditegakkannya kaki yang kanan. Kemudian bila ia duduk pada rakaat yang akhir, dimajukannya kakinya yang kiri dan ditegakkannya yang kanan serta ia duduk di atas panggulnya”. (H.R. Bukhari)

Dari hadits di atas dapat diketahui bahwa sikap duduk tasyahud akhir adalah duduk tawaruk yaitu duduk dengan pantat di atas tanah. Adapun posisi tangan dan ujung kaki kanan sapa seperti duduk pada Tasyahud Awal.

Bacaan pada tasyahud akhir ini sama dengan bacaan pada tasyahud awal yaitu membaca Tahiyat dan Shalawat kepada Nabi SAW. Yang membedakan adalah pada tasyahud akhir ini Rasulullah SAW menambahkan bacaan do’a.



3.20. Do’a Sebelum Salam
Sebelum mengucapkan salam, Rasulullah SAW membaca doa seperti yang diajarkannya kepada para sahabat. Doa-doa yang diajarkan Rasulullah SAW ada beberapa macam diantaranya akan disebutkan dibawah ini.
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ,إِذَا تَشَهَّدَ اَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللهِ مِنْ اَرْبَعٍ : يَقُوْلُ : اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمسِيْحِ الدَّجَّالِ. متفق عليه
128. Dan dari Abu Hurairah RA, ia berkata, “Telah bersabda Rasulullah SAW, “Apabila bertasyahud seseorang daripada kamu, hendaklah ia berlindung kepada Allah daripada empat, ia berkata, “ALLAHUMMA INNI AUDZU BIKA ....” (Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari azab Jahannam, dan dari azab kubur, dan dari fitnah hidup dan mati dan dari fitnah Dajjal yang buta sebelah”. (H.R. Bukhari dan Muslim)

Ada pula doa yang diajarkan Rasulullah SAW kepada Abu Bakar Ash Shidiq dalam hadits berikut.
وَعَنْ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيْقِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ  لِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ, عَلِّمْنِي دُعَاءً أَدْعُوْبِهِ فِي صَلاَتِي , قَالَ : قُلْ : اَللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِيْ ظُلْمًاكَثِيْرًا, وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ, فَاغْفِرْلِيْ مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ, وَارْحَمْنِيْ إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ. متفق عليه   
129. Dari Abu Bakar Ash Shidiq, sesungguhnya ia pernah berkata kepada Rasulullah SAW, “Ajarlah aku doa yang perlu kubaca dalam shalatku”. Maka bersabdalah Nabi SAW, “Bacalah ALLAHUMMA INNII ....” (Ya Allah, sesungguhnya aku telah banyak berbuat zhalim terhadap diriku sendiri, sedang tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Oleh karena itu ampunilah aku satu ampunan dari sisi-Mu, dan kasihanilah aku, karena sesungguhnya Engkau adalah Yang maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (H.R. Ahmad, Bukhari dan Muslim)

3.21. Mengucapkan salam
Gerakan akhir dalam shalat adalah mengucapkan salam sambil menengok ke kanan dan ke kiri.
عَنِ ابْنُ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ الله عَنْهُ أَنَّ الـنَّبِيَّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُسَلِّمُ عَنْ يَمِيْنِهِ وَعَنْ يَسَارِهِ: السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ الله. السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ الله, حَتَّى يُرَى بَيَاضُ خَدِّهِ . رواه الخمسة وصححه الترمذي

130. Dari Ibnu Mas’ud, sesungguhnya Nabi SAW biasa memberi salam ke kanan dan ke kiri dengan, “ASSALAMU’ALAYKUM WARAHMA TULLAH”, sehingga terlihat putih-putih pipinya. (H.R. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah)
عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ : صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صلعم. فَكَانَ يُسَلِّمُ عَنْ يَمِيْنِهِ " اَلسَّـــلاَمُ عَلَــيْكُمْ وَرَحَــْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُــهُ " رواه ابوداود
131. Dari Wail bin Hujr Ia berkata : saya telah sholat bersama Nabi SAW maka adalah ia memberi salam ke kanan dan ke kirinya “ASSALAMU’ A LAY KUM WARAHMA TULLAH WA BARAKAATUH”( HR. Abu Daud )