8.2.11

BAB IV. SHALAT - Ragu-ragu dalam Shalat

4. RAGU-RAGU DALAM SHALAT

Bagi orang yang ragu-ragu dalam shalatnya, maka ia harus menghilangkan keraguan tersebut dengan menetapkan yang benar – misalkan jumlah rakaat -, kemudian setelah salam ia sujud kembali sebanyak dua kali. Sujud ini dikenal dengan sujud sahwi. . Sujud sahwi juga bagi orang yang lupa dalam shalatnya.
وَعَنْ ابْرَاهِيْمَ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ قَالَ : صَلَّى النَّبِيُّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قَالَ ابْرَاهِيْمَ زَادَ أَوْنَقَصَ – فَلَمَّاسَلَّمَ قِيْلَ : يَارَسُوْلَ اللهِ, حَدَثَ فِي الصَّلاَةِ شَيْءٌ؟ قَالَ ,لاَ, وَمَاذَاكَ؟ قَالُوْا: صَلَيْتَ كَذَاوَكَذَا, فَثَنَّى رِجْلَيْهِ وَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ فَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ, ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ فَقَالَ : إِنَّهُ لَوْ حَدَثَ فِي الصَّلاَةِ شَيْءٌ أَنْبَأْتُكُمْ بِهِ , وَلَكِنْ إِنّمَاأَنَابَشَرٌ أَنْسَى كَمَاتَنْسَوْنَ فَإِذَا نَسِيْتُ فَذَكِّرُوْنِي. وَإِذَا شَكَّ اَحَدُكُمْ فِي صَلاَتِهِ فَلْيَتَحَرَّ الصَّوَابَ فَلْيُتِمَّ عَلَيْهِ ثُمَّ لْيُسَلِّمَ ثُمّ لْيَسْجُدْ سَجْدَتَيْنِ. رواه البخارى ومسلم
132. Dan dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Ibnu Mas’ud, ia berkata, “Nabi SAW (pernah) shalat – Ibrahim berkata, “Nabi mengerjakan dengan lebih atau kurang – maka ketika ia salam, ia ditanya, “Ya Rasulullah, apakah ada sesuatu yang terjadi dalam shalat itu ?” Nabi menjawab, “Tidak, dan apa itu ?”. Mereka (para shahabat) menjawab, “Engkau telah shalat begini dan begini. Lalu Nabi melipat kedua kakinya sambil menghadap kiblat, lalu sujud (sahwi) dua kali, kemudian salam. Kemudian ia menghadapkan wajahnya kepada kami, sambil bersabda, “Sesungguhnya seandainya terjadi sesuatu dalam shalat, tentu akan kuberitahukan dia kepada kalian. Karena aku adalah manusia, aku bisa lupa sebagaimana kalian (juga) bisa lupa. Oleh karena itu, apabila aku lupa, maka ingatkanlah aku. Dan apabila seorang diantara kalian ragu-ragu di dalam shalatnya, maka pilihlah yang benar, lalu ia sempurnakannya, kemudian salam, kemudian sujud (sahwi) dua kali”. (H.R. Bukhari dan Muslim)

Hadits diatas menjelaskan dua kondisi yang dihadapi, yaitu pertama, jika lupa terhadap jumlah rakaat dan sudah mengucapkan salam, dan kedua, ragu-ragu terhadap jumlah rakaat. Untuk yang lupa dan sudah salam maka setelah salam ia harus sujud dua kali. Untuk yang ragu-ragu terhadap jumlah rakaat maka ia harus menetapkan jumlah rakaat yang diyakini kemudian menyempurnakan shalatnya dan setelah salam ia harus sujud dua kali.
Sujud sahwi dapat pula dilakukan sebelum salam, yaitu setelah seseorang menyempurnakan shalatnya dan ia belum salam. Seseorang yang menemui keraguan dalam shalatnya sementara ia belum mengucapkan salam, maka ia dapat menyempurnakan shalatnya dan sujud sahwi sebelum salam, berdasar hadits berikut.
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمنِ بْنِ عَوْفٍ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ : إِذَا شَكَّ اَحَدُكُمْ فِي صَلاَتِهِ , فَلَمْ يَدْرِ, أَوَاحِدَةً صَلَّى أَمْ ثِنْتَيْنِ ؟ فَلْيَجْعَلْهَاوَاحِدَةً, وَإِذَالَمْ يَدْرِ ثِنْتَيْنِ صَلَّى أَمْ ثَلاَثًا؟فَلْيَجْعَلْهَا ثِنْتَيْنِ. وَإِذَالَمْ يَدْرِثَلاَثًا صَلَّى أَمْ أَرْبَعًا, فَلْيَجْعَلْهَا ثَلاَثًا, ثُمَّ يَسْجُدُ إِذَا فَرَغَ مِنْ صَلاَتِهِ . وَهُوَ جَالِسٌ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ سَجْدَتَيْنِ. رواه احمد وابن ماجه والترمذى
133. Dari Abdurrahman bin Auf, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seseorang di antara kalian ragu-ragu di dalam shalatnya, lalu ia tidak tahu pasti, apakah ia sudah shalat satu rakaat atau dua rakaat, maka hitunglah dia satu rakaat. Kalau ia tidak tahu, apakah ia sudah shalat dua rakaat atau tiga rakaat, maka hitunglah dia dua rakaat. Dan kalau ia tidak tahu, apakah ia sudah shalat tiga rakaat ataukah empat rakaat, maka hitunglah dia tiga rakaat. Kemudian (hendaklah) ia sujud sahwi dua kali, apabila sudah selesai shalat, sedangkan ia masih duduk sebelum salam”. (H.R. Ahmad, Ibnu Majah dan Tirmidzi)

Jika seseorang lupa sampai shalat lima rakaat, maka lima rakaat itu sudah menggenapkannya, dan sujud sahwinya sebagai penghinaan bagi syaithan.
وَعَنْ أَبِيْ سَعِيْدِ الْخُدْرِيِّ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , إِذَا شَكَّ اَحَدُكُمْ فِي صَلاَتِهِ, فَلَمْ يَدْرِكَمْ صَلَّى ثَلاَثًا أَمْ أَرْبَعًا, فَلْيَطْرَحِ الشَّكَّ وَلْيَبْنِ عَلَى مَااسْتَيْقَنَ, ثُمَّ يَسْجُدُ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ.فَإِنْ كَانَ صَلَّى خَمْسًا شَفَعْنَ لَهُ صَلاَتَهُ .وََإِنْ كَانَ صَلَّى اِتْمَامًا لأَِرْبَعٍ كَانَتَاتَرْغِيْمًا لِلشَّيْطَانِِ . رواه احمدومسلم
134. Dan dari Abu Said Al Khudri, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian ragu-ragu dalam shalatnya, lalu ia tidak tahu berapa yang sudah dilakukannya, tiga ataukah empat (rakaat), maka hendaklah ia hilangkan keragu-raguannya itu dan berpeganglah kepada apa yang ia yakini. Kemudian ia sujud (sahwi) dua kali sebelum salam. Kemudian jika ia shalat lima (rakaat), berarti lima itu telah menggenapkan shalatnya itu. Dan jika ia telah shalat dengan sempurna, yaitu empat (rakaat), maka (kedua sujud sahwinya itu) sebagai satu penghinaan bagi syaithan”. (H.R. Ahmad dan Muslim)

Apabila shalat sendirian, maka Rasulullah SAW mengajarkan untuk membaca ta’awudz dan meludah ke sebelah kiri tiga kali apabila merasakan adanya gangguan syaithan.

135. Utsman bin Abil ‘Ash RA berkata kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah ! Sesungguhnya syaithan telah menghalangi antara aku dan shalatku serta bacaanku, ia mengacaukannya”. Rasulullah SAW bersabda,
ذَاكَ شَيْطَانٌ يُقَالُ لَهُ : خِنْزَبٌ ؟ فَإِذَا أَحْسَسْتَهُ فَتَعَوَّذْبِاللهِ مِنْهُ وَاتْفِلْ يَسَارِكَ ثَلاَثًا. رواه احمدومسلم
“Itulah syaithan yang disebut dengan Khinzab, apabila engkau merasakan gangguannya, berlindunglah kepada Allah dan meludahlah ke sebelah kirimu tiga kali”. Ia (Utsman) berkata, “Aku pun mengerjakan hal tersebut, maka Allah menyingkirkannya dariku”. (H.R. Ahmad dan Muslim)