8.2.11

BAB III. MANDI WAJIB

BAB III. MANDI WAJIB

 1. PERINTAH MANDI WAJIB

Mandi adalah meratakan air ke seluruh tubuh. Mandi biasa dilakukan setiap hari, namun ada jenis mandi khusus yang dilakukan hanya pada waktu dan situasi tertentu. Mandi jenis ini bisa disebut mandi wajib karena dilakukan dengan maksud mensucikan diri dari hal-hal yang karenanya diwajibkan melakukan mandi. Mandi dengan pengertian tersebut diperintahkan Allah SWT dalam QS. Al-Maidah 5:6.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فاغْسِلُواْ وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُواْ بِرُؤُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَينِ وَإِن كُنتُمْ جُنُباً فَاطَّهَّرُواْ وَإِن كُنتُم مَّرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاء أَحَدٌ مَّنكُم مِّنَ الْغَائِطِ أَوْ لاَمَسْتُمُ النِّسَاء فَلَمْ تَجِدُواْ مَاء فَتَيَمَّمُواْ صَعِيداً طَيِّباً فَامْسَحُواْ بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُم مِّنْهُ مَا يُرِيدُ اللّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَـكِن يُرِيدُ لِيُطَهَّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan ni`mat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al-Maidah 5:6)

2. SEBAB-SEBAB MANDI WAJIB

Ada beberapa hal yang menyebabkan wajibnya mandi wajib yaitu keluarnya mani, bangun tidur dan melihat pakaiannya basah, bertemunya dua kemaluan, haidh dan nifas, terhentinya haid dan nifas, serta orang yang masuk Islam.

a. Keluar Mani

Mani adalah cairan putih kental (seperti susu) yang keluar dari kemaluan pria, keluarnya mani biasanya memancar dengan keras. Mani berbeda dengan madzi, madzi adalah cairan putih dan kental yang keluar pada saat memikirkan hubungan badan atau sedang bercumbu.
عَنْ عَلِيٍّ قَالَ : كُنْتُ رَجُلاً مَذَّاءً , فَسَأَلْتُ النَّبِيَّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ فَقَالَ : فِيالْمَذِى الْوُضُوْءُ,وَفِى الْمَنِيِّى الْغُسْلُ.رواه احمدوابن ماجه والترمذي

41. Dari Ali RA, ia berkata, “Aku adalah seorang laki-laki yang sering keluar madzi, lalu aku bertanya kepada Nabi SAW, kemudian ia menjawab, “Dalam madzi itu ada wudlu’, dan di dalam mani itu ada mandi”. (H.R. Ahmad, Ibnu Majah dan Tirmidzi)

42. Hadits Ali bin Abi Thalib RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, إِذَارَأَيْتَ الْمَذْيَ فَاغْسِلْ ذَكَرَكَ وَتَوَضَّأْ وُضُوْءَكَ لِلصَّلاَةِ وَإِذَافَضَخْتَ الْمَاءَ فَاغْتَسِلْ. رواه ابوداود
“Jika kamu melihat madzi, cucilah kemaluanmu dan berwudhulah dengan wudhu’ untuk shalat. Dan jika kamu menyemburkan air (mani) mandilah”. (HR. Abu Dawud)

b. Bangun tidur dan melihat basah-basah pada pakaiannya

Adapun orang yang sedang tidur, kemudian bangun dalam keadaan basah mengeluarkan mani, maka orang itu wajib mandi.
وَعَنْ أُمَِّ سَلَمَةَ أَنَّ أُمَّ سُلَيْمٍ قَالَتْ: يَارَسُوْلَ اللهِ إِنَّ الله لاَ يَسْتَحْيِ مِنَ الْحَقِّ فَهَلْ عَلَى الْمَرْأَةِ الْغُسْلُ إِذَا احْتَلَمَتْ؟ قَالَ نَعَمْ إِذَا رَأَتِ الْمَاءَ,فَقَالَتْ أُمُّ سَلَمَةَ : وَتَحْتَلِمُ الْمَرْأَةُ؟ فَقَالَ : تَرِبَتْ يَدَاكِ فَبِمَ يُشْبِهُمَاوِلَدُهَا؟
رواه البخاري و مسلم
43. Dari Ummu Salamah, bahwa Ummu Silaim berkata, ”Ya Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu mengenai kebenaran. Apakah wanita wajib mandi janabat, kalau ia bermimpi ?” Ia amenjawab, “Ya, apabila ia melihat air”. Kemudian Ummu Salamah bertanya lagi, “Apakah perempuan juga bermimpi?” “Celaka engkau ! Kalau tidak begitu dengan apa anaknya bisa serupa dengan dia ?”(H.R. Bukhari dan Muslim)

Adapun orang yang tidur dan bermimpi kemudian tidak menemukan basah-basahan (mani), atau sebaliknya ia tidak bermimpi namun menemukan basah-basahan maka dapat memakai hadits berikut ini.

وَعَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : سُئِلَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ عَنِ الرَّجُلِ يَجِدُ الْبَلَلَ وَلاَيَذْكُرُ احْتِلاَمًا فَقَالَ : ,يَغْتَسِلْ,وَعَنِ الرَّجُلِ يَرَى أَنْ قَدِاحْتَلَمَ وَلاَ يَِجِدُ الْبَلَلَ فَقَالَ :,لاَغُسْلَ عَلَيْهِ, فَقَالَتْ أُمُّ سُلَيْمٍ : الْمَرْأَةُ تَرَى ذلِكَ عَلَيْهَا الْغُسْلُ؟ قَالَ : نَعَمْ,إِنَّمَاالنِّسَاءُ شَقَائِقُ الرِّجَالِ . رواه الخمسة الاالنسائى
44. Dan dari Aisyah RA, ia berkata, “Rasulullah SAW pernah ditanya tentang laki-laki yang mendapatkan basah-basah, padahal tidak ingat bahwa ia mimpi, lalu ia menjawab, “Hendaklah ia mandi”. Dan Nabi SAW pernah ditanya tentang laki-laki yang bermimpi mengeluarkan mani, tapi ia tidak melihat basah-basahnya, lalu ia menjawab, “Ia tidak wajib mandi”. Kemudian Ummu Sulaim bertanya, “Kalau perempuan yang bermimpi demikian wajibkah mandi ?” Nabi SAW menjawab, “Ya, karena sebenarnya kaum wanita itu adalah saudara-saudara kaum lelaki”.  (H.R. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah)

Jadi, bagi orang yang ingat bahwa ia telah bermimpi tetapi ia tidak mendapatkan bagian yang basah (mani), maka tidak wajib baginya mandi. Namun untuk kehati-hatian atau menghilangkan keraguan, maka lebih baik baginya tetap melakukan mandi wajib.

c. Bertemunya dua kemaluan

Bertemunya dua kemaluan menyebabkan mandi wajib harus dilakukan, baik keluar mani atau tidak.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ قَالَ : إِذَاجَلَسَ بَيْنَ شُعَبِهَا الاَْرْبَعِ ثُمَّ جَهَدَهَافَقَدْوَجَبَ عَلَيْهِ الْغُسْلُ. متفق عليه
45. Dari Abu Hurairoh RA, dari Nabi SAW, ia bersabda, “Apabila salah seorang di antara kamu duduk di antara empat anggota perempuan, kemudian menyetubuhinya, telah wajib baginya mandi”.
(H.R. Bukhari dan Muslim)

Juga berdasarkan hadits Aisyah RA, dia bercerita bahwa Rasulullah SAW bersabda,
وَعَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ : إِذَاقَعَدَ بَيْنَ شُعَبِهَا الاَْرْبَعِ ثُمَّ مَسَّ الْخِتَانُ الْخِتَانَ,فَقَدْوَجَبَ الْغُسْلُ . رواه احمدومسلم
46. Dan Dari Aisyah RA, ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Apabila salah seorang di antara kamu duduk di antara empat anggota perempuan kemudian kemaluan bersentuh kemaluan, maka wajib mandi”.  (H.R. Ahmad dan Muslim)

d. Haid dan Nifas

Haid adalah darah yang keluar dari kemaluan wanita sebagai akibat dari sel telur yang tidak dibuahi, dan hal ini terjadi ketika wanita tersebut sehat bukan karena melahirkan atau luka. Sedangkan nifas adalah darah yang keluar dari kemaluan wanita sesudah melahirkan. Terhentinya haid dan nifas termasuk penyebab wajibnya mandi seorang muslimah.
وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُواْ النِّسَاء فِي الْمَحِيضِ وَلاَ تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّىَ يَطْهُرْنَ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللّهُ إِنَّ اللّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah, "Haidh itu adalah kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah 2:222)
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ أَبِيْ حُبَيْشٍ كَانَتْ تُسْتَحَاضُ,فَسَأَلَتِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ قَالَ : ذلِكَ عِرْقٌ وَلَيْسَتْ بِالْحَيْضَةِ.فَإِذَا أَقْبَلَتِ الْحَيْضَةُ فَدَعِى الصَّلاَةَ, وَإِذَا أَدْبَرَتْ فَاغْتَسِلِيْ وَصَلِّى.رواه البخاري
47. Dari Aisyah, bahwa Fatimah binti Abi Jahsyi sedang istihadhah, lalu aku bertanya kepada Nabi SAW, kemudian ia menjawab, ”Itu hanya sebagaimana peluh dan bukan haid, maka apabila engkau sedang haidh, maka tinggalkanlah shalat, dan kalau telah selesai maka mandilah dan shalatlah”. (H.R. Bukhari)
عَنْ عَلِيِّ بْنِ عَبْدِ الاَْعْلَى عَنْ أَبِيْ سَهْلٍ – وَاسْمُهُ كَثِيْرُبْنُ زِيَادٍ -  عَنْ مَسَّةَ الاَْزْدِيَّةِ عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ : كَانَتِ النِّسَاءُ تَجْلِسُ عَلَى عَهْدِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًاوَكُنَّانَطْلِيْ وُجُوْهَنَا بِالْوَرْسِ مِنَ الْكَلَفِ. رواه الخمسة الا النسائى
48. Dari ’Ali bin ’Abdil A’la, dari Abu Sahal (namanya sendiri Katsir bin Ziyad), dari Massah al-Azdiyah, dari Ummu Salamah, ia berkata, ”Adalah perempuan-perempuan nifas di masa Rasulullah SW duduk (tidak shalat) selama empat puluh hari, dan kami memberikan pilis pada wajah-wajah kami dengan warna merah sangat tua”.
                               (H.R. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah)

e. Orang yang masuk Islam

Oang yang masuk Islam maka wajib baginya mandi berdasar hadits-hadits berikut.
عَنْ قَيْسِ بْنِ عَاصِمٍ أَنَّهُ أَسْلَمَ , فَأَمَرَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ أَنْ يَغْتَسِلَ بِمَاءٍ وَسِدْرٍ .
49. Dari Qais bin Ashim,bahwa ia telah masuk Islam, kemudian Nabi SAW memerintahkan dia mandi dengan air dan bidara. (H.R. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasai)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ ثُمَامَةَ أَسْلَمَ , فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ : إِذْهَبُوْابِهِ إِلَى حَائِطِ بَنِيْ فُلاَنٍ , فَمُرُوْهُ أَنْ يَغْتَسِلَ . رواه أحمد
50. Dan dari Abu Hurairoh, bahwa Tsumamah telah masuk Islam, kemudian Nabi SAW bersabda, ”Bawalah ia ke kebun Bani Fulan, lalu suruhlah ia mandi. (H.R. Ahmad)

3. TATA CARA MANDI WAJIB

Sebagaimana disebutkan diatas, mandi yang dimaksudkan disini bukan mandi yang biasa dilakukan sehari-hari, tetapi mandi yang memiliki kaidah-kaidah yang ditetapkan syariah.
عَنْ عَائِشَةَ أَِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ كَانَ إِذَا اغَْتَسَلَ مِنَ الْجَنَابَةِ يَبْدَأُ فَيَغْسِلُ يَدَيْهِ ثُمَّ يُفْرِعُ بِيَمِيْنِهِ عَلَى شِمَالِهِ فَيَغْسِلُ فَرْجَهُ ثُمَّ يَتَوَضَّأُ وُضُوْءَهُ لِلصَّلاَةِ ثُمَّ يَأْخُذُ الْمَاءَ وَيُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِيْ أُصُوْلِ الشَّعَرِ حَتَّى إِذَا رَأَى أَنْ قَدِ اسْتَبْرَأَ حَفَنَ عَلَى رَأْسِهِ ثَلاَثَ حَثَيَاتٍ ثُمَّ أَفَاضَ عَلَى سَائِرِ جَسَدِهِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ. رواه البخاري ومسلم
51. Dari Aisyah RA, ia berkata, ”Bahwasa Nabi SAW apabila mandi janabah, ia memulai dengan mencuci kedua tangannya,kemudian ia menuangkan air dengan tangan kanannya pada tangan kirinya, lalu ia mencuci kemaluannya, kemudian ia berwudhu’ seperti wudhu’nya untuk shalat, kemudian ia mengambil air dan memasukkan jari-jarinya ke dalam pangkal-pangkal rambutnya, sehingga apabila ia melihat rambutnya sudah lurus, ia tuangkan (air) di atas kepalanya tiga kali tuangan, kemudian ia menyiram seluruh tubuhnya, kemudian ia mencuci kedua kakinya.”     (H.R. Bukhari dan Muslim)
وَفِيْ رِوَايَةٍ لَهُمَا : ثُمَّ يُخَلِّلُ بِيَدِيْهِ شَعَرَهُ, حَتَّى إِذَا ظَنَّ أَنَّهُ أَرْوَى بَشَرَتَهُ أَفَاضَ عَلَيْهِ الْمَاءَثَلاَثَ مَرَّاتٍ.
52. Dan dalam satu riwayat, bagi Bukhari dan Muslim, dikatakan, “Kemudian ia menyelah-nyelahi rambutnya dengan kedua tangannya, sehingga ia merasa telah basah seluruh kulit kepalanya, ia tuangkan (air) diatasnya tiga kali.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنَ الْجَنَابَةِ دَعَابِشَيْءٍ – نَحْوَ الْحِلاَبِ – فَأَخَذَ بِكَفَّيْهِ , فَبَدَأَ بِشِقِّ رَأْسِهِ الاَْيْمَنِ ثُمَّ الاَْيْسَرِ, ثُمَّ َأَخَذَ بِكَفِّهِ فَقَالَ بِهِمَاعَلَى رَأْسِهِ. رواه البخاري و مسلم
53. Dan dari Aisyah RA, ia berkata, “Adalah Rasulullah SAW apabila mandi janabah, ia minta air dalam satu bejana besar, lalu ia ambil air itu dengan tangannya, kemudian memulai pada bagian kepala sebelah kanan, kemudian yang kiri, kemudian ia mengambil air dengan kedua telapak tangannya, lalu ia tuangkan di atas kepalanya. (H.R Bukhari dan Muslim)
وَعَنْ مَيْمُوْنَةَ قَالَتْ : وَضَعْتُ لِلنَّبِيِّ مَاءً يَغْتَسِلُ بِهِ , فَأَفْرَغَ عَلَى يَدَيْهِ فَغَسَلَهُمَا مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا, أَفْرَغَ بِيَمِيْنِهِ عَلَى شِمَالِهِ فَغَسَلَ مَذَاكِيْرَهُ, ثُمَّ دَلَكَ يَدَهُ بِالاَْرْضِ, ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ, ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ وَيَدَيْهِ ,ثُمَّ غَسَلَ رَأْسَهُ ثَلاَثًا,ثُمَّ أَفْرَغََ عَلَى جَسَدِهِ, ثُمَّ تَنَحَّى مِنْ مَقَامِهِ فَغَسَلَ قَدَمَيْهِ. قَالَتْ : فَأَتَيْتُهُ بِخِرْقَةٍ,فَلَمْ يُرِدْهَا, وَجَعَلَ يَنْفُضُ الْمَاءَ بِيَدِهِ.رواه البخاري و مسلم
54. Dan dari Maimunah, ia berkata, “Saya sediakan air untuk mandi Nabi SAW lalu ia tuangkan (air) di atas kedua tangannya, lantas ia cuci keduanya dua kali atau tiga kali, kemudian ia tuangkan dengan tangan kananya di atas tangan kirinya, lalu ia mencuci kemaluannya, kemudian menggosok tangannya dengan tanah, kemudian berkumur-kumur dan mengisap air ke hidung, kemudian mencuci mukanya dan kedua tangannya, kemudian mencuci kepalanya tiga kali, kemudian menuangkan (air) ke atas tubuhnya, kemudian bangkit dari tempatnya lalu mencuci kedua telapak tangannya.” Maimunah berkata, “Lalu saya berikan kepadanya sepotong kain, tetapi ia tidak mau, dan ia mengusap (bekas) air itu dengan tangannya” (H.R. Bukhari dan Muslim)

Cara mandi wajib di atas berlaku untuk pria maupun wanita. Namun, ada sedikit perbedaan untuk wanita yang memiliki rambut tebal, yakni cukup  menuangkan air ke atas kepala, dan tidak perlu menguraikan seluruh rambut.
وَعَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ : قُلْتُ يَارَسُوْلَ اللهِ , إِنِّى امْرَأَةٌ أَشُدُّ ضَفْرَ رَأْسِيْ,
 أَفَأَنْقُضُهُ لِغُسْلِ الْجَنَابَةِ؟ فَقَالَ ,لاَ, إِنَّمَايَكْفِيْكَ أَنْ تَحْثِيْ عَلَى رَأْسِكِ ثَلاَثًاحَثَيَاتٍ, تُفِيْضِيْنَ عَلَيْكِ الْمَاءَفَتَطْهُرِيْنَ. رواه الجماعة الا البخاري
55. Dari Ummu Salamah RA, ia berkata, “Aku bertanya, Ya Rasulullah, sesungguhnya aku seorang perempuan yang (biasa) mengikat rambut kepalaku, apakah aku (mesti) melepasnya karena hendak mandi janabah?” Lalu Nabi SAW menjawab, “Tidak, hanyalah cukup bagimu menyiram kepalamu tiga kali siraman, engkau tuangkan air atas badanmu, maka engkau menjadi suci”.  (H.R.Ahmad, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu Majah)

Adapun wanita yang mandi wajib karena haidh disunnahkan untuk menguraikan rambutnya.
وَعَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ قَالَ لَهَا – وَكَانَتْ حَائِضًا- انْقُضِيْ شَعَرَكِ وَاغْتَسِلِيْ. رواه ابن ماجه
56. Dari Urwah, dari Aisyah RA, bahwa Nabi SAW bersabda kepadanya ketika itu ia dalam keadaan haidh, “Lepaskanlah rambutmu dan mandilah”. (H.R. Ibnu Majah)